Bab 43 : Kebenaran

185 37 4
                                    

"Gawat!"

"Kenapa?"

"Ada masalah lagi di Blackland, dia akan kesana lagi. Dia akan sulit dihubungi nanti."

"Hah? Kamu serius?" Aku berlari ke arah Dion yang mencoba menghubungi Master G.

"El! Bagaimana ini? Master G. harus ke Blackland. Dia tidak bisa dihubungi sekarang." Dion terus mencoba segala cara.

Bion berlari ke atas mencoba mencari singal sampai menemukannya, dia menghubungi Theo namun sama sekali tak ada jawaban.

"Seperti mereka mengalami masalah lagi, kita harus apa?"

Aku mengigit bibirku, tidak ada jalan lain. Aku sudah pernah mengalami gunung meletus dan dikejar larva. Ini tak akan buruk.

"Aku akan melakukan pemeriksaan itu."

"Trea..."

"El, kita tak bisa mengulur waktu. Jika terjadi apa-apa padaku. Kalian harus datang menolongku. Aku tak akan lari."

El menimang-nimang, dia akhirnya mengangguk setuju. Hanya pemeriksaan kan.

🍁🍁🍁

Dua hari kami habiskan dengan latihan. Tak ada yang spesial hanya sesekali Bion hampir mengenai Dion. Kami semua sepakat, mereka akan menemaniku.

Esoknya kami dijemput oleh pemerintah, mereka membawa kami ke lab. Aku dibawa ke ruangan putih. Banyak sekali peralatan yang aku bingung ini untuk apa.

El, Bion, dan Dion menatapku dari kaca lab. Aku masuk ke dalam kapsul dan tidur didalam. Aku masih terjaga sampai mereka menyuntikkan obat bius padaku.

Deg...

Aku terjatuh ke lubang hitam, ini seperti milik Whiteland.

Ayah dan ibu sednag berlari, mereka berlari melewati portal dan sudah berada di Jakarta. Apa ini? Mereka berdua memiliki baju seperti Blackland dan Whiteland.

Ibu membantu ayah yang kesusahan menyesuaikan tempat. Ayah memakai baju serba hitam dan ibu memakai baju serba putih.

Mereka membawa berbagai alat dan benda. Aku melihat mereka bersembunyi dari para petugas memakai baju putih.

Mereka Demoter?

"Sayang, kita harus kemana?"

"Kita harus pergi, mereka mengincar janin mu."

Janin?

Aku?

Ayah dan ibu berlari lagi, detik berikutnya mereka berubah menjadi masyakarat sekitar.

Ini memori siapa?

Aku terlempar lagi jatuh ke rumah sakit.

"Anak kita laki-laki." Ibu membuka wajah bayi itu.

Laki-laki?

Aku?

Perempuan?

"Aku punya nama yang cocok, Elang Pamungkas Praditya."

"Selamat pak Adit dan Bu Vita, anaknya sehat. Jangan lupa untuk kontrol terus. Bayinya tampan sekali."

Elang?

Aku terisak, ini sungguhan?

Aku jatuh lagi ke sebuah kereta, aku melihat ibu sedang hamil besar dengan seorang anak kecil bersama mereka.

Fanfare ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang