Bab 8 : Whiteland

721 94 1
                                    

"Ini adalah Archi!"

Tubuhku merinding, ini benar-benar nyata. Kucubit pipiku, kutahan rasa sakit yang menjalar di pipi. Tak bisa dipercaya, ini lebih mengejutkan daripada hasil kenaikan kelasku. Semua ini nyata!

Diatas hologram wilayah ada penampilan daerah-daerah secara dekatnya. Semuanya putih, laut yang tadinya biru berubah jadi putih. Tak ada lagi ombak biru hanya putih dan putih. Kota yang penuh warna hanya ada satu warna. Bahkan semua penampilan masyarakat sama, celana putih dengan baju panjang selutut. Mereka menggunakan helm kaca yang memperlihatkan rambut mereka yang juga putih. Kulit mereka sama dengan Bion.

"Archi dibagi menjadi 4 wilayah besar, Whiteland tempat kita sekarang ini. Blackland, Greenland, dan Redland. Setiap wilayah memiliki kontur wilayah berbeda. Whiteland berada didataran rendah dengan warna dominan putih. Lalu Blackland dataran tinggi bersama Greenland, lalu Redland berada ditengah-tengah." Jelas Dion.

"Jadi, kita berada di Whiteland yang berarti pulau putih. Apa semua wilayah juga sama, Blackland dengan warna hitamnya, Greenland hijau, dan Redland warna merahnya. Begitu?" Aneh sekali.

"Hanya Whiteland, tiga wilayah berjalan dengan normal. Tiga wilayah itu sama dengan kehidupan normal di bumi." Kali ini El yang bicara.

"Kenapa?"

"Demoter!" El mengatakannya dengan penuh penekanan dan amarah yang mengebu-ngebu. Matanya memancarkan rasa marah dan kecewa.

"Mereka pemerintah pusat, mereka yang berwenang mengatur Whiteland. Satu prinsip mereka, abadi dan suci. Para petinggi menjunjung tinggi keabadian dan kesucian. Semua masyarakat wajib menuruti keputusan dan kebijakan. Siapapun yang menolak berati dianggap pendosa dan hukuman mereka tidak main-main." Dion menekan satu wilayah yang diselimuti warna putih.

Wilayah Whiteland putih disepanjang wilayah. Dion menampilkan hologram yang jauh lebih dekat. Diatasnya gambar-gambar orang yang digiring. Kepala mereka ditutupi kain putih. Setelahnya semuanya dihukum dengan hukum paling mengerikan. Hukum pengal, itu artinya mati!

Kuteguk air liurku susah payah, mereka tidak main-main. Pantas waktu itu mereka jaga menggunakan bom asap dan membuat semua pegawai pingsan. Aku jadi teringat wajah Hana. Bagaimana keadaan dia saat ini?

"Apa itu Sioner dan kenapa Demoter mengejar kita?" Hal itu masih jadi pertanyaan mendasarku.

Pagi-pagi aku mendengar satu kata itu. Sioner! Bisikannya masih segar dalam ingatanku. 'Kau ditemukan!' Dua kata itu menimbulkan penafsiran bahwa aku adalah orang yang hilang dan berhasil ditemukan. Nyatanya 17 tahun ini aku hidup di Indonesia khusunya wilayah Jawa Timur. Kapan aku hilang? Aku berasal dari daerahku, aku warga bumi asli bukan dari bumi disini.

"Para Pelurus, mereka orang-orang yang memiliki wewenang amat tinggi. Konsep mereka layaknya MA. Mereka berhak mengadili dengan kekuasan tertinggi. Tapi, mereka perlu pengakuan dari ke empat wilayah Archi. Jika tidak mereka akan ditangkap oleh para Demoter. Sioner dianggap sebagai makhluk yang akan mengganggu keabadian Demoter. Siapapun orang yang memiliki kandidat Sioner akan dimusnahkan." El menunjukan gambar lainnya.

Seorang anak laki-laki berpakaian anak SD sedang dikelilingi oleh orang-orang berpakaian putih. Gambar selanjutnya anak itu masuk ke dalam satu ruang putih. Selanjutnya semuanya menjadi gelap. Kulihat tiga pria didepanku, kemana anak kecil itu pergi atau dibawa kemana dia?

"Ruang itu akan memusnahkan benda apa saja didalamnya. Termasuk manusia sekalipun." Dion mengeser foto lain.

Banyak sekali gambar yang menunjukan kejadian mirip anak kecil itu. Seorang kasir minimarket, mahasiswa, seorang petugas kebersihan, bahkan walikota sekalipun. Semuanya masuk ke dalam ruang putih itu dan akhirnya mereka menghilang.

"Apa hubungannya dengan ku?" Aku terima fakta bahwa ada Sioner yang diincar Demoter. Fakta lain adalah apa hubungan kejadian ini denganku yang hanya manusia biasa tanpa kekuatan super atau manusia yang punya kepintaran diatas rata-rata.

"Kamu adalah salah satunya! Trea, kamu seorang Sioner!" Dion menatapku.

"Hah? Haha... Aku? Sioner? Bagaimana bisa?" Aku hidup di bumiku.

"Nyatanya memang begitu, kamu seorang Sioner. Kami bertiga juga seorang Sioner, jika kamu ingin tahu." El menambahkan hal yang memohok hatiku.

Mereka juga Sioner, fakta apa lagi ini. Tidak cukupkah alasan lain atau apalah itu. Kepalaku pening memikirkan hal diluar kelogisan manusia. Ada beribu galaksi diluar sana, kenapa justru aku yang dipilih menjadi Sioner? Kenapa tidak orang lain yang jauh lebih pandai dan kaya dariku. Aku adalah gadis yang memiliki ekonomi pas-pas an dan dari keluarga sederhana.

"Kita tidak bisa menolak takdir ini, kamu bagian dari kami! Kamu Sioner, seorang pelurus!" Dion mengatakan seolah-olah aku akan setuju.

"Jika aku menolak takdir ini, apa yang terjadi?" Tanyaku ingin tahu.

"Bisa kamu lihat tadi, mereka pernah kami beritahu sama sepertimu dan mereka menolak. Akhirnya mereka musnah dan semua memori tentang mereka dihapus. Orang tuamu tak akan mengingatmu dan lebih parahnya, lama-lama keluargamu juga akan dimusnahkan untuk meminimalisir lahirnya Sioner kembali." El kembali memberikan cambukan besar di hatiku.

Kejam! Apa benar semua ini? Gambar tadi menunjukan Demoter tidak main-main. Mereka mempertaruhkan banyak nyawa demi keabadian mereka dibumi ini. Kepalaku kembali berdenyut, terlalu banyak hal dikepalaku yang bertubrukan jadi satu. Lalu, aku harus bagaimana. Menolak sama saja mati, maju sama juga untuk mati.

"Jika kamu menerima ini, kita sama-sama berjuang! Jika semuanya kembali normal, hidupmu juga akan kembali. Tentang tinggal kelasmu, semua itu perbuatan Demoter!" Dion menepuk pundaku memberikan energi semangat yang membakar.

"Apa? Itu artinya..."

"Mereka licik Trea! Mereka licik!"

🍁🍁🍁

Mereka membuatku tinggal kelas, mereka dengan teganya membuat orang tuaku kecewa kepadaku! Seharusnya aku naik ke kelas 3 bukan lagi kelas 2. Mereka kejam, licik, dan picik. Aku harus membuat mereka mengembalikan hal yang harus kudapat. Wajah ayah dan ibu, akan ku ingat wajah kecewa mereka karena ulah para Demoter.

Walau hatiku masih ragu akan kebenaran ini. Tapi, bagaimana lagi? Aku sudah masuk terlalu dalam. Menyasikan keanehan tempat ini dengan mata kepalaku sendiri. Teknologi muktahir, peradaban maju, dan segala hal modern.

Kutatap bulan diatas, bulan jauh lebih besar dan dekat. Warnanya kuning menyala layaknya lentera malam. Indah! Tentu dengan dataran semuanya putih membantu pemantulan sempurna. Apa kabar bulan disana? Apa kabar bintang disana? Apa kabar rumahku disana?

Aku rindu!

Aku harap semuanya hanya mimpi disiang bolongku. Saat aku terbangun nanti, kunantikan wajah cerah ayah dan ibu. Senyum merekah mereka ditemani kerutan tipis.

Aku rindu!

🍁🍁🍁

Yahhhh, maaf lama update! 😔

Salam ThunderCalp!🤗

Fanfare ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang