Bab 14 : Malam Merah

499 77 1
                                    

"Kamu sudah bertemu?" Tanya Ryan berjalan disampingku. Tidak terasa hari ini sudah malam saja. Aku keluar dari pusat pengetahuan saat jam hampir menunjuk angka 7.

"Yah, Tuan Ruv sangatlah ramah." Kuangkat kepalaku memandang bintang. Semilir angin menerpa wajahku, mengantar dinginnya malam kepada tubuhku.

Ryan mengantarku pulang ke kediaman Rexa dan Rio. Aku baru tahu mereka pasangan suami istri. Kata Ryan mereka baru menikah bulan lalu. Pantas wajah mereka masih muda. Kami melewati jalan setapak, orang-orang berlalu lalang kesana-kemari. Dijam segini penduduk keluar rumah menikmati suasana kedamaian malam dan keindahan bintang.

"Hey, Ryan!"

Tiga orang pemuda datang, mereka menyapa Ryan dan saling melakukan salam antar lelaki. Saat mereka melihatku tatapan mereka berubah. Antara terkejut dan saling melirik satu sama lain. Dalam sekejap wajah mereka seakan ingin tahu sesuatu. Mungkin karena aku orang asing dan berbeda penampilan. Rambut hitamku juga mencolok diantara rambut merah mereka.

"Dia, Trea. Dia datang bersama El." Kuulas senyum seadanya.

"Oh, hai! El adalah teman kami, apa kamu berasal dari bumi lain?" Tanya seorang paling tinggi.

"I-iya." Perasaan gugup merayap didadaku.

"Keren, dia perempuan! Wow..." Mereka bertepuk tangan heboh.

Kugaruk tengkukku, walau bumi ini canggih dan segala ke modernannya. Dibalik itu semua ada persamaan yang mendasar. Sikap orang hampir sama saat ada berita terbaru. Heboh! Mereka masih melakukannya sampai sekarang. Astaga, apa karena aku seorang wanita dari bumi lain? Benar juga, aku juga akan heboh saat ada alien datang ke bumi. Mengambil tanah kelahiranku secara brutal.

"Aku Rew, dia Rocky dan Riku. Senang ada Sioner baru!" Mereka bertiga membungkuk hormat.

"Namaku Trea, senang bertemu kalian." Kurasa akan sopan bila aku juga ikut memperkenalkan diri secara resmi.

Aku tersenyum, mereka ramah dan sopan. Bahkan mereka mengajakku melihat festival kembang api. Ryan juga tidak keberatan untuk menemaniku menonton pertunjukan yang hanya akan dilaksanakan 1 bulan sekali. Malam ini juga bertepatan dengan bulan merah. Kata Rew setiap festival akan ada keajaiban datang. Aku bersemangat mendengarnya, jadi disinilah kami. Berada di lapangan hijau dekat danau besar.

"Sebentar lagi akan dimulai!" Teriak Rocky kegirangan.

"Cepat duduk!" Riku menarik Rocky paksa agar duduk tenang.

Mataku mengawasi langit malam, menunggu cahaya lain yang bersinar diatas sana. Banyak orang yang juga melakukan hal yang sama sepertiku melihat ke langit penuh bintang. Kami semua sama-sama menunggu acara utama malam ini. Rocky, Riku, dan Rew berteriak kencang mengucapkan angka mundur. Sorai-sorai penonton saling bersahutan.

"3!"

"2!"

"1!"

"Wow..."

Duarrr...

Pyar...

Duarr...

Kunikmati cahaya yang timbul, indah. Kembang api membentuk cahaya spiral, bergerak seakan mereka hidup. Berubah menjadi gambaran hewan dan seorang putri cantik sedang menari. Semua orang berteriak senang. Aku larut dalam keindahannya, keramaiannya, dan keajaibannya.

Berwarna-warni cahaya yang timbul menambah kesan menakjubkan. Ditemani suara ledakan bagai harmonisasi. Ini bukan acara intinya, saat acara kembang api selesai maka muncullah bulan merah. Semerah darah dikelilingi lingakaran kuning keemasan. Tiba-tiba semua hening dalam diam. Kulihat orang-orang menunduk dan menutup mata. Ryan dan lainnya juga sama, diam dalam keindahan sang bulan merah.

Fanfare ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang