Bab 51 : Maaf

180 33 0
                                        

"Bion?"

"Hai!"

Bion berada di ranjang, kakinya dibalut balutan putih. Katanya dia hanya infeksi biasa namun pasti akan parah jika terus berada di hutan. Untungnya masih bisa tertolong sebelum parah.

"Maaf, ya. Kita gagal."

"Sudahlah, besok ujian bersama lagi."

"Kamu tidak apa-apa?"

"Hmm, tidak. Asalkan kamu sehat aku sudah sangat cukup, kita saudara Bion. Aku tak mau kamu sakit dan terluka."

"Hmmm... Hiskkk... Maafkan aku, Trea. Aku kakak yang gagal untukmu!" Dia menangis sesenggukan.

"Tidak apa-apa!"

Aku memeluknya dan mengelus punggungnya yang naik turun.

"Besok aku akan berlatih, ujian selanjutnya aku tak mau merepotkan mu atau lainnya."

"Kamu sudah sarapan?" Tanyaku.

"Sudah, tadi Caiden datang kemari. Katanya hasilnya akan keluar saat El dan Dion sudah datang. Mungkin ada harapan, tapi itu bukan sebuah harapan untuk ditunggu."

Benar.

Aku ingin berharap jika kami diluluskan. Tapi apa bisa?

Sedangkan kami tak mencapai Venus yang diharapkan.

"Tiga hari ini kalian tak perlu pusing memikirkannya, pulihkan saja tubuh kalian."

"Hmm, asalkan kakiku cepat sembuh."

"Apa kata dokter?"

"Mungkin seminggu kakiku pulih, pengobatan Greenland sangat bagus. Jadi aku tak perlu menunggu lama."

"Itu bagus."

"Apa kita bisa pulang?"

"Nanti sore, tapi keadaanku perlu dicek tiap hari."

"Menginaplah dirumahku dulu."

Aku menatap Aswin horor, aku punya paman. Tinggal disana juga tak apa, atau di rumah juga bisa. Aku pandai memasak dan aku bisa mengurus Bion.

"Hanya Bion, Trea!"

"Hahaha...." Bion tertawa dan menunjuk wajahku.

"Apa?"

"Kamu mengharapkan apa Trea?" Aswin menatapku kali ini dengan menahan senyumnya.

"Tidak!"

🍁🍁🍁

Hari ini tak ada yang aneh kecuali malam ini. Aku duduk dengan Bion juga Aswin. Aswin memasak makan malam untuk kami dan menghidangkannya di meja makan. Aku tinggal sendiri dirumah, dan kata paman aku harus bersama Aswin untuk keselamatanku.

Katanya Whiteland mengincarku, mereka sudah tahu kemampuanku dan itu cukup berbahaya untukku sendiri.

"Makanlah, mungkin tak seenak buatan El. Tapi masih bisa dimakan."

Aku memakannya dan ini lumayan untuk Aswin. Enak.

"Enak, kamu pintar juga memasak."

"Terima kasih, makanlah yang banyak. Bagaimana Trea? Kamu suka?"

"Hmm, ini enak sekali."

"Trea tak akan hilang tak enak."

Aku menusuk daging dan menatap sengit Bion. Setelah pulang tadi dia selalu mengejekku.

"Heheh... Oh, ya. Kamu belum mau menikah Aswin?"

Menikah?

Aku melirik Aswin, benar juga. Umurnya mungkin sepantaran Bion dengan lainnya. Mungkin saja dia sudah punya kekasih. Dan juga dia tak sejelek itu. Tampan juga sih seperti artis Indo. Siapa ya? Omar Daniel.

Fanfare ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang