Bab 57 : Tertangkap

160 29 0
                                        

Kami digiring menuju pesawat. Kami tak punya persiapan untuk melawan, rasanya percuma tahu aku ditangkap sangat mudah.

Aku menghitung ada 10 orang dalam pesawat. Ditambah kami menjadi 12 orang. Akan sulit kabur karena mereka mengikat tanganku. Jika aku berubah menjadi Blackland. Apa aku bisa kabur?

"Hmm, kamu menjadi Greenland sekarang?" Seseorang menyentuh daguku dengan senjatanya.

"Apa ini asli?"

"Arght..."

Satu lagi menjambak rambutku cukup kencang sampai beberapa helai rontok di tanah.

"Jaga tangan kalian!" Bentak Aswin.

"Dasar, kamu bukan Sioner. Untuk apa kamu ikut campur? Hah, pasti Ekawira yang menyuruhmu."

Aku mengigit bibirku. Jika saja aku punya kemampuan lainnya. Seperti Bion yang bisa menyadap, aku ingin menyadap pesawat ini.

"Sudah, kurung mereka di sel. Aku tidak mau dia sampai terluka. Jika kalian melukainya, kalian akan mati!" Teman mereka datang dan menarikku berdiri cukup kasar. Aku berjalan ke tempat lain yang sangat gelap. Lampu biru menyala dan aku masuk ke dalam sel. Luasnya hanya 2 x 2. Tak ada apapun. Aswin masuk dan pintu tertutup dengan sempurna.

"Apa sekarang?" Tanyaku pada Aswin.

"Hah, coba kamu berbalik."

Tubuhku berbalik. Aku merasakan tanganku terkena sesuatu. Dingin dan tajam.

"Mudah sekali?" Tanganku sudah tak diikat. Talinya seperti tali yang mengikat kakiku dulu.

"Kamu hanya perlu alat yang lebih tajam dan kuat dari tali ini."

Dia menunjukkan pisau mirip cutter. Aswin memeriksa setiap tempat sel. Tak ada celah. Hanya sebuah sel tanpa ada paku, las, atau apapun itu yang bisa dibuka. Sangat bersih.

"Sepertinya kita harus mengikuti mereka."

"Apa?"

Tunggu, kenapa dia begitu pasrah begini?

"Kamu mata-mata?" Aku menjadi curiga sekarang.

"Buka matamu, ini bukan dunia seperti itu. Aku punya harga diri."

Dia sedikit marah dari nada suaranya. Aku memicing, benarkah? Aku hanya mencoba bersikap waspada pada kemungkinan ini. Bagaimana mereka tahu kami berada di Whiteland? Entahlah, apa aku jadi curiga ada mata-mata. Atau sedari awal kami sudah dicurigai? Aku memilih duduk dan bersandar. Harusnya aku makan sesuatu sebelum tertangkap.

Aswin duduk dengan menyilangkan kakinya. Dia melihatku dengan raut wajah dingin dan marah. Sepertinya aku menyinggung dirinya.

"Hah... Maa..."

'Peringatan! Pesawat kehilangan kendali!'

'Peringatan! Pesawat kehilangan kendali!'

"Hmm, Aswin!"

Aku baru kali ini naik pesawat yang langsung punya masalah dalam penerbangan. Lantai tiba-tiba bergetar hebat, aku menatap atap yang seperti ingin runtuh. Apa aku akan mati? Biasanya jika terjadi kecelakaan sulit untuk selamat.

'Peringatan! Pesawat kehilangan kendali!'

Aswin memelukku erat, aku menutup mataku. Kali ini aku tidak punya harapan apapun.

🍁🍁🍁

Dia hanya tertidur, lihat!

Iya.

Fanfare ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang