Chapter flashback Zahra Cordelio Zibrano

217 12 16
                                    


*****

Hai aku Ara, anak dari Javas Corneles Zibrano. Aku dibesarkan oleh para pembantu dan bodyguard pribadi yang sudah aku anggap sebagai keluarga sendiri. Papa di selalu sibuk dengan dunianya, setiap hari ia selalu pergi dan pulang pasti malam. Bentakan setiap hari makanan untukku. Kejadian pada suatu hari, aku harus dibentak dan di pukul sebenarnya aku tidak salah cuma papa tidak pernah mendengarkan ucapanku.

* Pada kejadian itu

Ara baru saja pulang dari sekolah dan javas sudah duduk di depan dengan tatap tajam dan membuat Ara mengerutkan keningnya.

"Sore pa" Sapa Ara.

"Saya mendapatkan kabar kalo kamu berantem sama satu angkatan kamu!" Berak javas dan membuat Ara melotot mendengar ucapan javas.

"Pa aku ngga mungkin mukul dia kalo dia ngga melakukan itu duluan ke aku" Jawab Ara dan membuat wajah javas berubah.

Braakkk

"KAMU JADI ANAK NGGA BECUS, KAMU SELALU MELAWAN DENGAN SAYA. KAMU TIDAK SEPERTI ARHAZ YANG NURUT KALO DI BILANGIN!!" Bentak javas dan membuat Ara menangis.

"Hiks... Hiks... Ara ngga melakukan itu pa" Bela Ara tapi tidak didengarkan oleh javas.

"Sini kamu" Sambung javas lalu menarik tubuh Ara dan dibawa masuk ke dalam kamar Ara.

Ara pun di pukul menggunakan tali pinggang, setelah puas javas pun keluar dan meninggalkan Ara sendirian di kamar dengan mata yang sembab dan tubuh yang penuh luka.

"Aku salah apa ya sama papa?" Tanya Ara dengan tatapan kosong.

"Papa tau ini sakit pa, sangat sakit" Lirih Ara dan ia pun mengobati lukanya sendiri.

* POV Ara on :

Banyak bekas luka yang ada ditubuh gue, rasa sakit, kecewa, marah semuanya menjadi satu tapi gue bisa apa. Cuma bisa merasakan ini dan menikmatinya. Sejak kecil luka selalu menjadi teman gue, beranjak dewasa luka ini makin membekas. Kejadian masa kecil gue membuat gue besar menjadi anak yang tempramental, gue juga merokok, minum, ke bar tiap malam. Sebrengsek itu gue. Gue setiap hari harus dilatih menjadi pemimpin, awalnya gue menikmati itu lama kelamaan gue juga merasa lelah.

Saat gue masih kecil gue ketemu sama seorang teman yang bernama Mira. Anak pemilik panti asuhan yang buat yakin kalo dia bisa jadi temen gue, gue dapat kabar kalo panti asuhan milik ibunya di renovasi dan berita itu buat gue seneng. Tapi sayangnya gue ngga bisa ketemu sama dia karena javas selalu minta gue untuk latihan. Gue ngga sadar kalo gue satu SMA sama Mira teman lama gue, gue dan dia akhirnya bertemu lagi dan kebetulan saat itu gue disuruh javas untuk mencari 4 perempuan yang bisa membantu gue mengembangkan organisasi miliknya. Mira adalah orang pertama yang gue ajak latihan dan dia menerima itu, setelah dijelaskan panjang lebar akhirnya dia mau masuk dan mau dilatih di organisasi ini.

Gue masih kekurangan tim berdua sama Mira itu ngga bisa buat organisasi ini menjadi kuat. Ada satu orang yang udah gue cari tau tentang dia, ya dia adalah Gita berandalan sekolah yang selalu menganggu hidup gue. Dia selalu berusaha mencari masalah sama gue dna gue hanya diam dan mencoba untuk tidakmenggubris semua perlakuannya. Saat dia ingin memukul gue, kesempatan gue untuk mengajak dia bergabung ke Ravloska, gue pikir dia ngga mau ikut ternyata dia mau gabung. Gue ngasih alamat mansion ke dia dan dia datang pada esok harinya dan disana gue ngejelasin tujuan gue, dan dia setuju. Setiap hari dia datang untuk latihan dan gue ngga masalah dengan itu. Ya gue tinggal mencari 2 orang lagi dan semoga cepat ketemu ya.

Malam hari gue sedang makan nasi goreng di pinggir jalan, gue melihat seorang perempuan yang sepertinya sedang sedih, kebetulan pada malam itu hujan sangat deras dan membuat gue berpikir kenapa dia tidak berteduh dan malah duduk di kursi taman. Gue berinisiatif untuk menghampirinya dengan membawa payung dan gue payungi dia.

The Boss Mafia GirlsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang