BAB 11

2.2K 152 2
                                    

Playlist_song by :
Ariana Grande - Everyday

Happy Reading !!!

• • •

Malam pun tiba, dengan langkah gontai. Amberly keluar dari minimarket dengan pakaian santai bersama plastik berisi belanjaannya. Yang bisa didominasi semuanya adalan cemilan.

Dengan hanya mengenakan sandal biasa, dan tangan kiri masuk kedalam saku celana hingga belanjaan tergantung dipergelangan tangannya. Tangan kanannya sibuk menyuapkan es krim kedalam mulutnya. Bersama matanya menikmati pemandangan malam yang cukup menyejukan dan menenangkan itu.

Tidak lupa, otaknya terus berpikir bagaimana cara mendekati Ayahnya itu. Bahkan hingga malam, Ayah Amberly tidak ada menunjukan tanda-tanda akan pulang.

Hufftt,,

Menghela nafas lelah, Amberly menggedikan bahu acuh. Berniat akan memikirkannya lagi besok, terlebih besok adalah akhir pekan. Namun,

Srakk!

Langkahnya terhenti, tepat didekat gang yang mana gang depannya lagi sudah masuk kedalam jalan menuju rumahnya.

Matanya menyipit, memicing saat melihat seperti tengah terjadi perkelahian di gang tersebut.

Mengalihkan pandangan kesekitar, berharap ada orang dewasa yang datang menghentikan mereka.

Sayang, sepi. Hanya kendaraan yang berlalu lalang.

Glekk!
Pukh!

Menelan ludah gugup, es krim yang kebetulan sudah habis dia buang sembarang batang es krimnya.

Dengan kaki yang sedikit ragu, berjalan mendekati perkelahian tersebut. Sungguh, dirinya memang berlatih bela diri. Tapi itu dirinya sebagai Elisabeth karena tuntutan seperti di novel, bahwa sekalipun gadis bangsawan.

Dirinya yang seorang Guella, wajib bisa beladiri sekedar untuk melindungi dirinya sendiri. Tapi, kondisi ini berbeda.

Pasalnya, saat kejadian dikantin saja. Mungkin yang lain tidak menyadari, tapi Elisabeth sungguh merasakan tubuh kaku Amberly. Dan itu sedikit merugikannya.

Menggeleng pelan, mengabaikan itu. Dengan mencoba menenangkan raut wajah tegangnya. Kini dengan kedua tangan terlipat santai didepan dadanya, dengan plastik belanjaan masih tergantung sempurna dipergelangan tangan kirinya.

Amberly sudah berdiri dibelakang mereka yang bisa diamati, itu satu lawan tiga.

"Wah, jadi laki-laki juga suka main keroyokan?" Ucap Amberly menyindir.

Sontak, keempat laki-laki yang sejak tadi sibuk baku hantam langsung menghentikan kegiatan mereka dan berbalik menatap sumber suara.

Sama-sama membelalak terkejut. Keempat laki-laki dibuat terkejut lantaran yang ikut campur hanya bocah perempuan dimata mereka.

Sedang Amberly, dengan nafas hampir tercekat. Keempat orang yang dia pikir laki-laki, ternyata pria dewasa.

"Sial! Ini sama saja membuka lorong maut untuk diriku sendiri." Gumam Amberly mengalihkan tatapannya.

"Pergilah bocah kecil, aku tidak ingin berurusan dengan orang tua mu nanti yang berujung meminta imbalan karena melukai putrinya yang ikut campur dengan urusan orang dewasa." Sahut kasar salah satu pria dengan pakaian seperti gangster.

'shit! Pria itu meremehkan ku?' batin Amberly kesal.

Namun, merasa itu juga keputusan terbaik untuknya. Amberly setuju demi keselamatan tubuhnya yang baru saja sembuh dari luka memar sebelumnya.

She Is? Me!!! ✓ [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang