BAB 47

650 41 1
                                    

Playlist_song by :
BTS - Epilogue : Young Forever

Happy Reading !!!

• • •

Sesuai dengan yang direncanakan. Malam dicuaca yang terasa dingin setelah hujan reda.

Amberly menatap bertekad pada pantulan dirinya dicermin meja rias. Berbalut dress rapi selutut dengan bagian lengan terbuka. Membuat Amberly memutuskan memakai jaket denim, melindungi dari hawa dingin tanpa menutupi gaya busananya.

Tersenyum tipis, jemarinya meremas selempang tas yang dipakai. Kaki berbalut flat shoes. Berjalan gugup keluar dari kamar.

Entah apa yang dilakukan Moris semenjak pulang, dirinya dengan pria itu tidak pernah bertemu meski satu atap. Dan sedikit banyaknya Amberly sangat bersyukur.

Begitupun malam ini, Amberly berharap pria itu juga belum pulang sama sekali.

Dengan begitu, rencananya ingin menemui Devgas Krieger dan menjalin hubungan serta menanyakan tentang Aset peninggalan Lorenc Rogers bisa berjalan lancar. Namun, langkahnya terhenti tepat dibawah ujung anak tangga.

Instingnya mulai tergerak. Paham, Nasib yang diberikan Sang Takdir terkadang sangat suka mempermainkan manusia.

Sama seperti yang bisa Amberly bayangkan saat ini.

Dimana Moris sudah berdiri dengan kedua tangan terlipat, dibagian tangan kanan memegang lembaran kertas. Menatap nyalang kearahnya.

Glekk!

Tanpa bertanya Elisabeth yakin, ada sesuatu yang terjadi. Dan, dia adalah targetnya.

Mengeratkan genggamannya pada tali selempang tasnya. Amberly melangkah ragu, berjalan mendekat dengan beberapa kali menelan ludah. Tenggorokannya terasa kering, tercekat. Hingga,

TAPP!

Tepat satu langkah berdiri dihadapan Moris.

PLAKK!

Tanpa sempat menghindar, tangan kekar itu melayang kuat. Menampar keras pipi Amberly, membuat wajah terkejut itu menoleh kesamping tidak percaya.

Rasa perih dan nyeri, terasa kuat menjalar dipipi wajahnya sebelah kiri. Bahkan, meski terdiam. Mata merah Amberly tidak bisa berbohong, air matanya mulai mengalir terjatuh membasahi pipinya yang semakin terasa perih. Sangat perih.

Srett,,

Mengulurkan tangannya gemetar, menyentuh hati-hati pipinya yang memerah itu.

Amberly, perlahan kembali menoleh. Menegakan wajahnya, menatap bingung pada Moris.

"A,,, Ayah? Kenapa? Hah,," ucap Amberly terbata, nafasnya kembali mulai terasa sesak.

"Huh, kenapa? Kau malah balik bertanya. Bukankah, aku yang memiliki hak untuk bertanya dikondisi seperti ini?" Sahut Moris sinis, tetap menatap nyalang penuh amarah pada Amberly. Lalu,

SRAKKK!

Lembaran kertas ditangan Moris, dia lempar tepat pada wajah Amberly. Hingga membuat dua bola mata yang masih menangis, terpejam sesaat terkejut. Kembali tidak sempat mengelak.

Membuat kertas-kertas itu bertebaran, melayang disekeliling Amberly bak menari sebelum jatuh kelantai.

Seketika, menakan rasa perih yang coba Amberly abaikan. Bergegas Amberly menatap kebawah, kembali dikejutkan. Melihat beberapa lembar yang jatuh dalam posisi terbuka, memperlihatkan kumpulan foto-foto dirinya yang keluar dari Kantor Kepolisian.

She Is? Me!!! ✓ [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang