BAB 91

310 27 1
                                    

Playlist_song by :
Chai - Oh My Angel (Ost. Angel's Last Mission : Love)

Happy Reading !!!

• • •

Tukk!

Menyentuh pena yang melayang didepan matanya.

Pemilik rambut kecoklatan dengan warna netra mata yang senada. Siluet wanita yang sama dengan yang Xavier temui di restaurant kala itu, duduk tenang bersandar di kursi ruang kerjannya.

"Sudah waktunya, ya?" Gumam wanita tersebut, dengan mata menatap menerawang kedepan. Bersama seringai diwajahnya.

Sebelum akhirnya menjatuhkan pandangannya pada jam pasir disudut meja kerjanya. Dimana terdapat, lima jam pasir.

Mengejutkannya, atau mungkin memang seharusnya. Kelima jam pasir itu masih bergerak tenang mengalir. Sebelum matanya jatuh pada jam pasir paling tengah, dengan menampilkan pasir bagian atas tinggal sedikit diantara yang lainnya.

Grepp,,
Meraihnya, dan menatapnya lekat. Mata kecoklatan itu, menimbang sejenak sebelum akhirnya. Dengan gerak perlahan, memutar kembali jam pasir itu.

* * *

UHUKKHH,, UHUKHH !!!

Diwaktu yang sama, Xillian terbangun terbatuk dengan posisi kepala dalam pangkuan Amberly. Yeah, tidak ada lagi Elisabeth.

"Xillian? Kau, syukurlah kau sudah sadar." Seru Amberly terisak lega, membantu Xillian hati-hati untuk terduduk.

Dengan memegang kepalanya yang masih terasa pening. Xillian berdiri, diikuti Amberly. Saling berhadapan, mata Xillian menatap lekat dalam diam wajah Amberly. Jelas padahal dia masih ingat, wajah Amberly lainnya yang dia lihat sebelum jatuh pingsan.

"Kau, sudah baik-baik saja?" Tanya Amberly ragu, gelisah.

Memilih diam. Mata Xillian beralih pada pemandangan didalam gendung, dibalik punggung Amberly.

Disana Alisa masih berteriak meraung kesakitan dengan air mata berderai, bahkan genangan darah sudah banjir. Tersungkur lemas, tanpa peduli sekujur tubuhnya berlumuran darahnya sendiri.

Degh!
Tersentak pelan. Mata Xillian dan Alisa saling bersitatap temu. Tidak pernah Xillian bayangkan, dia akan melihat Alisa dalam kondisi kacau seperti ini.

Menyedihkan, tapi entah kenapa tidak ada rasa simpati sedikit pun timbul dalam hati Xillian. Hingga pemikiran, bahwa dia pria yang jahat mempengaruhi otaknya. Dan itu membuatnya ketakutan.

Srettt,,
Greppp!

Tubuh Xillian gemetar. Menarik lembut lengan Amberly, membawa gadis itu masuk dalam dekapannya.

Jelas membuat Amberly sendiri terkesiap, tidak menyangka.

"Xillian?" Gumam Amberly bingung, padahal dia sudah menyiapkan mental jika laki-laki yang mendekapnya akan membencinya atau memarahinya. Seperti yang terjadi di rumah sakit waktu itu.

"Diamlah. Biarkan seperti ini dulu. Aku,, hahh.. aku butuh penenang." Bisik Xillian, semakin mengeratkan pelukannya. Memejamkan matanya, menghindari tatapannya pada mata memohon Alisa.

Mendengar itu, senyum miris terukir di wajah Amberly. Pasrah, menyandarkan wajahnya pada dada bidang Xillian. Tapi,

Srett,,
Ada sesuatu yang mengganjal, entah apa itu. Membuatnya mengepal kuat, tidak membalas pelukan Xillian.

Tanpa mereka sadari, jika tidak jauh ditengah jalan. Dengan terhalang kilat petir yang membeku.

Zedd sampai. Melihatnya, membuatnya dia terpaku melihatnya. Wajah datarnya, menatap nanar pemandangan didepannya.

She Is? Me!!! ✓ [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang