BAB 57

516 40 4
                                    

Playlist_song by :
BTS - Black Swan (Orchestral Ver. Slowed Lower)

Happy Reading !!!

• • •

Esok paginya dengan langit mendung membentang luas. Ikut berduka, dibawah tangisan rintik hujan. Gundukan tanah yang jelas terlihat baru saja digali, basah dihias taburan bunga.

Sosok Amberly yang didampingi Devy dan Celine, berdiri tidak jauh dibelakang kerumunan orang-orang. Dimana semuanya mengenakan pakaian serba hitam. Tanda belasungkawa mereka.

Entah itu sungguh atau tidak, jauh didepan sana. Tepat disamping gundukan tanah dengan nama nisan bertuliskan Bora. Seorang wanita paruh baya menangis tersedu, terus memeluk erat nisan tersebut.

Tapi bukan itu fokus Amberly. Matanya yang datar, menatap sosok Alisa yang terlihat ikut menangis mencoba menenangkan wanita paruh baya itu.

Sayang seribu sayang, Amberly penasaran reaksi seperti apa yang ditunjukan jika Putri tunggal majikan wanita paruh baya itulah sumber kematian anaknya.

Apakah terkejut? Mungkin. Marah? Pasti. Tapi, seorang pembantu memang bisa apa. Jelas diam adalah jawabannya.

Huftt,,
Menghela nafas lelah. Langkah Amberly goyah, hampir terjatuh jika saja Devy yang senantiasa berdiri dikedua sisinya bergegas memeganginya.

"Kau tidak apa?" Tanya Devy khawatir. Yang dibalas deheman dan anggukan singkat oleh Amberly.

"Jika masih sakit lebih baik kita pulang. Lagi pula hari ini sekolah diliburkan. Hanya menghadiri pemakaman Bora saja." Sambung Celine tidak kalah cemas.

Tidak jauh berbeda, sosok Zedd yang juga menghadiri murid disekolahnya. Dan berdiri didekat gundukan makam. Tepat diseberang, saling berhadapan. Membuatnya jelas bisa melihat apa yang terjadi pada Amberly.

Begitupun pada Xillian, murid berprestasi itu. Yang berdiri tepat dibelakang Zedd, menatap cemas Amberly yang terlihat seperti dipapah kedua temannya.

Tapp,
Tapp!
Dua pasang kaki melangkah bersamaan hendak keluar dari barisan. Tapi,

"Sir." Bisik seorang pria baya, berhasil menghentikan langkah Zedd.

Hingga membuat Xillian yang tanpa tahu, bergegas mendekati Amberly.

Grepp!
Menarik lembut pergelangan tangan Amberly yang mana si pemilik tangan tengah mencengkram erat pelipisnya terasa pusing. Berhasil terlepas dari pegangan Devy dan Celine. Lalu, membawa masuk gadis itu dalam pelukannya. Membuat si empunya yang memang energinya belum pulih total, pasrah menyandarkan kepalanya pada bahu laki-laki itu. Terlebih saat Xillian meletakan punggung tangannya didahi Amberly.

"Panas. Kau masih demam, kenapa memaksakan diri untuk datang?" Ucap Xillian khawatir.

Diangguki setuju Devy dan Celine. Namun, Amberly yang sungguh tidak ada tenaga sama sekali. Hanya menggeleng pelan, sekedar untuk bersuara saja terasa sulit.

"A,,aku tidak bisa menahan lebih lama lagi. Bisa kau menggendong ku ke mobil?" Ucap Amberly hampir berbisik, yang perlahan memperlihatkan wajahnya mulai pucat. Bahkan keringat juga membasahi dahinya.

"Aku mengerti." Balas Xillian mencoba tenang. Dan,

Grepp!
Dalam sekejap Amberly yang lemah itu sudah masuk dalam gendongan laki-laki itu, ala bridal style. Membuat Amberly mengalungkan tangannya dileher Xillian.

"Aku akan mengantar Amberly." Ucap Xillian pada kedua teman gadis yang dia sukai.

"Kami ikut." Sahut Devy, diangguki Celine. Keduanya juga sama cemasnya melihat wajah pucat pasi Amberly.

She Is? Me!!! ✓ [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang