BAB 93

122 12 0
                                    

Playlist_song by :
BTS (Vocal Line) - House Of Cards

Happy Reading !!!

• • •

Satu minggu berlalu setelah kejadian aneh layaknya sihir tapi nyata itu.

Kini, Amberly menatap datar kedepan. Dimana waktu menunjukan pukul hampir dini hari. Dengan berbalut setelan piaya atas bawah. Berdiri didepan balkon, meremas kuat railing balkon.

Pikirannya terus berlari tanpa arah, seolah hanya berputar ditempat tanpa ada jalan lain.

Dirinya sadar bahwa ada yang tidak beres. Terlebih, setelah dia mendengar langsung dari Zedd bahwa perubahan dalam dirinya tidak akan terjadi jika tidak ada pemicu didekatnya. Dan Zedd adalah pemicu sebab terdapat darah yang mengalir dalam tubuhnya.

Tapi, kenapa dia bisa berubah tanpa adanya keberadaan Zedd disekitarnya?

Itulah yang terus berputar didalam benak Amberly, tanpa mengetahui jawabannya. Dirinya benar-benar terasa seperti tengah terjebak dalam jalan buntu.

Tidak sampai disitu, benda berhenti selain dirinya dan Alisa. Yang juga dia ketahui tidak lama, Xillian datang menyusul. Dan saat semua kembali normal, dia pulang dengan Lian yang mengantar. Berlanjut mendapati Robbin sudah menunggu setia didalam kamarnya. Jangan lupakan tubuh yang basah kuyup dengan mata dingin menatap datar kepadanya.

Hanya saling tatap dalam diam sesaat. Tanpa adanya obrolan sedikit pun. Lebih tepatnya Robbin mendiamkan dirinya tanpa Amberly sendiri tahu alasannya. Semakin dibuat bingung ketika setelahnya Robbin pergi dari kamarnya begitu saja. Dengan bantingan pintu kamarnya.

Sungguh membuat Amberly merasa sangat rumit.

Kringg!!
Kring,,,

Dering ponsel menyadarkan lamunan Amberly yang hanyut dengan pikirannya. Segera membuatnya meraih ponsel dari saku baju depan piyama yang dia kenakan.

Celine !!!

Sahabatnya, menghubunginya pagi buta. Tanpa berpikir, dirinya langsung menjawab panggilan tersebut.

"Hm?" Tanyanya singkat.

"Sesuai dugaan. Aset peninggalan mendiang Ibu mu beserta surat-suratnya ada ditangan wanita norak itu. Aku berhasil melacak dimana Surat-surat itu disembunyikan. Harus ku akui wanita itu cukup pintar." Ucap Celine santai memberi tahu. Dimana dirinya dengan hanya lampu belajar yang menyala dikamarnya. Dirinya tengah duduk santai menikmati apel dalam genggamannya dengan mata menatap puas hasilnya dilayar komputernya.

"Dimana?" Tanya Amberly singkat.

"Swiss." Jawab Celine sama singkatnya.

Jelas membuat dahi Amberly mengernyit tidak paham.

"Swiss?" Gumamnya.

"Hm, Swiss. Kau akan terkejut saat ku sebut dia menyimpannya dimana." Balas Celine menegakan duduknya.

"Jangan berbelit Celine." Desak Amberly.

"MR Bank." Jawab Celine jelas.

Diam sejenak, tanpa ada balasan. Namun Celine paham, Amberly tengah terkejut akan informasi tersebut.

"Kau yakin?" Tanya Amberly meneguk ludah ragu.

"Hm, aku bisa menjaminnya. File nya akan aku kirim lewat email. Tapi," jawab Celine mulai serius, begitupun dengan raut wajahnya.

"Tapi apa?" Lagi, desak Amberly.

"Kita bukan mafia atau semacamnya sampai bisa melakukan pencurian yang bahkan kelas kakap pun tidak akan bisa menembusnya. Pengacara saja tidak cukup, Am. Bahkan, aku berani katakan. Nama Krieger dibelakang mu, tidak akan berpengaruh sama sekali di MR Bank. Mereka sangat setia, loyal, bahkan royal pada pelanggan mereka." Jelas Celine sungguh-sungguh.

She Is? Me!!! ✓ [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang