BAB 80

333 35 2
                                    

Playlist_song by :
Michelle Morrone - Watch Me Burn

Happy Reading !!!

• • •

Esoknya, dengan tubuh berbalut seragam khas kepemimpinannya. Devgas ditemani Vetoz. Keduanya berdiri tepat di Gedung Putih setelah sekian lama tidak pernah lagi menginjakan kaki.

Huftt,,
Menghela nafas, akibat cuaca yang dingin jelas menunjukan sebentar lagi musim salju akan turun. Membuat nafas yang keluar baik dari sela bibir maupun lubang hidung, terpancar jelas membentuk asap panjang.

"Sir, apa anda yakin?" Tanya Vetoz setia berdiri disamping sedikit kebelakang sang Jenederal.

"Hmm,, tidak peduli apapun hasilnya kita akan coba." Jawab Devgas, setelahnya topi yang memperlihatkan kegagahannya itu dia lepas dan selipkan diantara lengan.

Berjalan menaiki anakan tangga, diikuti sang Ajudan. Yang juga telah melepas topi pangkatnya.

Kehadiran mereka jelas membuat para staf yang bekerja di Gedung Putih saling berbisik bertanya. Meski begitu, Devgas tidak peduli.

Tujuannya hanya berbincang dengan damai jika bisa pada orang nomor satu dibalik pintu kayu didepannya. Yeah, dia menatap sejenak lekat. Menetapkan tekad. Sebelum akhirnya mengangguk kecil, dan pintu tersebut pun dibuka lebar oleh penjaga.

Tap!
Tapp!
Memasuki ruangan dengan langkah menggema bersama wibawanya. Jelas Vetoz tetap setia menemani. Kehadiran keduanya berhasil menarik perhatian tiga orang didalam.

Pria baya dengan seluruh uban sudah memenuhi kepalanya, merupakan si pemilik ruangan. Ditemani sebelah kiri seorang wanita cantik penuh keelaganan dengan berbalut dress formal. Dan, disebelah kiri pria Penasehat.

Devgas menahan diri untuk tidak mendengus kesal saat matanya bersitatap sesaat dengan pria itu. Pria yang membuka jati diri putrinya semalam. Atau mungkin, Devgas merasa apa yang terjadi semalam memang disengaja.

"Ouhhh, Jenderal kesayangan ku. Kenapa berdiri saja. Ayo duduk, tidak baik berdiri seperti itu terlalu lama." Sambut meriah jelas penuh tipu daya dari pria baya. Yang bahkan berdiri dari kursi kekuasaannya dengan tangan terbuka lebar, berjalan menuju Devgas ingin memeluk sapa.

Tapi, sayang. Kemarahan Devgas benar sudah diambang jurang. Dia tidak akan jatuh. Tapi, dia bisa saja lepas kendali dan berakhir memutar balikkan keadaan dengan mendorong balik orang yang ingin menjatuhkannya ke jurang.

Untuk kedua kalinya, Devgas tidak memberi hormat pada pria baya itu dan memilih melenggang pergi menuju sofa. Duduk tenang dan meletakan topi pangkatnya diatas meja. Diam tenang menunggu.

Jelas sikap seperti itu, mengundang dengusan kesal dari pria baya sebelum akhirnya kembali tersenyum lebar dan berbalik ikut duduk di single sofa.

Berbeda orang berbeda respons. Vetoz tersenyum puas melihat bagaimana sang Jenderal bersikap. Begitupun dengan wanita cantik yang ikut duduk disofa lainnya, tepat dihadapan Devgas. Sedang Penasehat, sama halnya dengan Presiden. Dia mendengus pelan, dan berdiri dibelakang sofa tempat Presiden duduk.

"Jenderal ku, coba lah untuk tersenyum. Kau tahu, senyum bisa membuat kita awet muda." Celetuk Presiden dengan senyum lebarnya.

"Saya hanya akan tersenyum pada putri ku. Tidak lebih." Jawab Devgas tenang dengan gurat wajah datar.

Kali ini, berhasil membuat wanita yang duduk didepan Devgas mengatupkan bibir menahan kesal.

"Ouhh, jangan seperti itu. Kau menyakiti hati putri ku. Kau tahu, jika Brooklyn sangat mengagumi mu bukan. Sayang saja Lorenc berhasil memikat hati mu lebih dulu. Yeah, tapi takdir berkata lain. Siapa yang menduga, Jenderel ke-2 terbaik kita akan mati begitu saja ditangan Suaminya. Mungkin ini karma, kita tidak tahu." Balas Presiden santai, bahkan seolah jelas sengaja.

She Is? Me!!! ✓ [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang