BAB 81

365 37 4
                                    

Playlist_song by :
KARD - Rumor

Happy Reading !!!

• • •

"Sungguh?" Seru Celine membara, terkejut dengan cerita Amberly.

Brakk!
Bahkan akibat seruannya, Robbin yang berjaga didepan langsung membuka kasar pintu kama putri pamannya itu dengan nafas menderu.

Namun, bukannya pertengkaran atau apapun itu semacamnya akibat teriakan. Dirinya malah mendapati ketiganya tersenyum lebar canggung kearahnya. Jangan lupakan dengan segala macam jenis cemilan berserakan dimeja, lantai, bahkan ranjang tidur dan sofa. Sangat memperlihat sifat berantakan remaja.

Huftt,,
Menghela nafas lelah. Robbin kembali keluar dan menutup pintu tidak kalah kencang. Membuat Amberly, Devy dan Celine tersentak kaget.

Meski begitu, memilih menggedikan bahu acuh paham jika pria itu kesal. Celine kembali duduk lebih dekat pada Amberly.

"Lalu, bagaimana selanjutnya? Kau ingin membalas Gedung Putih?" Cecar Celine entah kenapa semangat.

"Aku tidak yakin. Ayah ku selalu mengatakan sebisa mungkin kita jangan terlibat dengan Gedung Putih. Lagi pula kita hanya anak kecil, mana tahu sebenarnya seberat apa urusan orang dewasa. Terlebih dampaknya. Jika kita membalas, maka kita harus melihat efek buruk apa saja yang akan terjadi. Syukur jika itu hanya menimpa kita akibat ulah kita. Tapi, bagaimana jika malah melibatkan banyak orang? Terlebih ini Gedung Putih. Bisa-bisa kita dijadikan Buronan kelas Inter, dan berakhir kita di Asingkan. Itu diluar kemampuan kita." Sahut Devy tenang, mengutarakan pendapatnya apa adanya.

Dan benar saja, seketika Amberly dan Celine diam merenung. Sebelum akhirnya saling lempar pandang dan mengangguk paham.

"Aku memutuskan untuk percaya pada Ayah ku saja. Kita lebih baik fokus pada urusan kita dengan Alisa. Terlebih, Devy benar. Kita tidak tahu apa akibat jika kita bergerak membalas. Aku takut jika itu akan berdampak pada Ayah ku, Robbin, serta orang tua kalian." Setuju Amberly.

Namun, yang tidak Amberly ketahui. Kalimat terkahir mencuit hati Devy dan Celine. Yah, sampai saat ini Amberly tidak tahu sama sekali jika Celine adalah putri dari Dokter Lauzy dan Devy putri dari ajudan sang Jenderal, Vetoz.

Baik Devy dan Celine, keduanya memiliki kesepakatan untuk tidak mengatakannya. Bukan merahasiakan, hanya sekedar ya sudah berjalan apa adanya. Jika Amberly tahu, ya tahu. Jika tidak ya tidak. Hanya itu.

"Tapi, Am. Kau bilang diawal jika kejadian semalam tidak terjadi, kau sungguh berpikir ingin bergabung dengan Anggota Kemiliteran?" Celetuk Celine ragu.

"Hm, hanya saja sepertinya Ayah ku tidak setuju. Aku tidak suka bertengkar dengan Ayah ku. Jadi, yah aku memilih menolak. Terlebih, melihat bagaimana mereka memaksa hingga mengancam nyawa kami. Jelas saja, menjadi Anggota Militer sudah ku backlist dari daftar masa depan ku." Jawab Amberly santai, meraih cemilan dengan cita rasa manis dan memakannya. Menikmati siaran film dari tv di kamarnya.

"Jika kejadian semalam benar tidak akan pernah terjadi, dan mereka meminta dengan baik-baik. Apa jawaban mu?" Kali ini Devy yang bertanya, ikut penasaran.

"Hmm, entah lah. Tidak mau juga. Aku kan hanya berpikir keren jika bergabung. Itu hanya di pikiran ku saja. Kalau disuruh melakukan. Aku tidak berniat untuk bekerja saat dewasa nanti." Jawab Amberly masih dengan sikap santainya.

"Maksud mu?" Desak Celine dibuat bingung.

"Huftt, ada apa dengan kalian. Kenapa terlalu serius membahas ini. Lagi pula ini juga akan dibereskan dengan Ayah ku. Kalian tenang saja, semua akan baik-baik saja. Terlebih aku juga tidak akan mati." Sahut Amberly mendengus kesal. Menatap kedua temannya bergantian dengan raut wajah jengkel.

She Is? Me!!! ✓ [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang