Playlist_song by :
Lewis Capaldi - Before You Go (Slowed Piano Ver.)Happy Reading !!!
• • •
Kamar Amberly, Kediaman Krieger.
Dengan masih mengenakan seragam sekolah. Dirinya yang duduk disofa dengan mata terpejam. Beberapa kali meringis, menahan perih pada luka diwajahnya yang tengah diobati oleh Robbin.
Amberly akui Robbin cukup telaten dan hati-hati. Padahal dia sering bertengkar adu cakap dengan pria itu. Tapi, siapa yang menyangka Robbin termasuk pria yang tangkas.
Bahkan saat dirinya sudah terbangun dan hendak turun dari taxi. Robbin kembali menggendongnya.
Berbisik lembut ditelinganya yang sialnya berhasil membuat jantung Amberly tidak aman.
"Tetap diam dan pura-pura tidurlah. Jika kau memang tidak ingin ketahuan wajah mu penuh luka."
Itulah kalimat yang sebenarnya biasa saja. Tapi, mungkinkah efek percumbuannya dengan Xillian yang tidak tuntas. Berhasil membuat Amberly salah tingkah. Dan memilih menurut.
Benar saja, saat turun dari taxi dengan kondisi dia dalam gendongan Robbin seperti semula saat memasuki taxi.
Penjaga dan para pelayan kembali heboh. Jelas mencemaskan Nona Muda mereka. Karena sudah beberapa kali pulang dalam kondisi digendong dan berakhir pingsan.
Namun, inilah alasan kenapa Amberly mengatakan Robbin cukup tangkas. Pria itu mengatakan dirinya baik-baik saja dan hanya ketiduran. Tidak langsung percaya mereka juga mencecar alasan kenapa dirinya pulang lebih dulu dan dimana tas sekolahnya.
Lagi, Robbin dengan santai tanpa membiarkan wajahnya terlihat sedikitpun oleh para penjaga dan pelayan. Mengatakan kalau Tas nya ada bersama temannya dan mereka akan datang untuk tugas kelompok nanti.
Dan Robbin juga memberikan alibi kalau Amberly memilih pulang lebih cepat karena jam pelajaran kosong. Tidak ingin lama disekolah, memutuskan pulang agar bisa beristirahat sebentar sebentar sebelum lanjut mengerjakan tugas kelompok nanti.
Bahkan Robbin juga meminta pada Kepala Pelayan untuk menyiapkan makanan baik cemilan maupun minum saat teman-temannya datang nanti. Setelahnya, berhasil meyakinkan para pelayan dan meminta Bona menyusul masuk dengan alasan membantu dirinya mengganti pakaian yang disetujui. Robbin bergegas membawanya dengan mudah menuju kamarnya diikuti Bona. Pelayan pribadinya.
Ouchh,,
Pekik Amberly saat merasa luka disudut bibirnya tertekan lebih kuat. Sontak membuatnya mengerjapkan mata dan terbuka lebar. Mendapati wajah Robbin terasa sangat dekat didepannya."Maaf, aku tidak sengaja." Ucap Robbin serius lirih hampir berbisik, tanpa mengalihkan fokusnya dari luka disudut bibir Amberly.
Sedang Bona. Pelayan itu, duduk dilantai dengan beralas karpet bulu. Tepat dibawah dimana Amberly dan Robbin duduk disofa panjang, saling berhadapan.
Bona bertugas menyiapkan alat medis yang ada dan mengejutkannya cukup lengkap. Ditata rapi diatas meja, dan menyerahkannya pada Robbin saat pria itu memintar barang tersebut.
"A,,ekhem. Apa kita sedang bermain Dokter, Suster dan Pasiennya." Celetuk Amberly mengalihkan pandangannya.
"Permainan ini tidak akan terjadi jika kau tidak ceroboh dan terlibat dalam perkelahian. Bersyukurlah aku yang menangani mu. Jangan meremehkan ku. Meski aku terlihat seperti preman, aku lulusan medis terbaik di kemiliteran." Balas Robbin santai. Beralih pada luka dikedua sisi leher Amberly yang ternyata cukup parah.
KAMU SEDANG MEMBACA
She Is? Me!!! ✓ [On Going]
ActionNote : WARNING !!! Anak Kecil Dilarang Membaca. Cerita mengandung adegan Dewasa & Kekerasan. Tidak dianjurkan untuk dibawah umur. • • • Book 1 : She Is? Me!!! Genre : Harem, Fantasy, Romance, Action (18+ ,,, 21+) ~ Jika kebanyakan cerita Transmigra...