BAB 59

508 52 0
                                    

Playlist_song :
BTS - Black Swan (Slowed + Reverb)

Happy Reading !!!

• • •

BUGHH!
Brukhh,,

Satu tinjuan berhasil melayang kuat dirahang tegas Zedd dari kepalan tangan mengerat Devgas. Membuat si empunya rahang, tersungkur jatuh kebelakang.

Semua hanya mampu terdiam membelalak melihat kejadian tersebut. Hingga sosok pria tua yang merupakan sekretaris Zedd jauh diujung lorong, yang baru saja datang menyusul. Mendekat panik berlari.

"Yang Mulia!" Jeritnya, langsung mencoba membantu berdiri Tuannya itu.

Namun sayang, Zedd yang terluka disudut bibirnya malah mengangkat tangannya. Tanda dia baik-baik saja, tidak ingin disentuh. Seolah paham, pria tua dengan earphone kabel ditelinga berbisik pelan. Tanpa ada yang mendengar. Tidak lama, lima pria dengan setelan jas hitam datang. Dan,

Srakkk!
Tanpa peduli, kelimanya balik menodongkan senjata kearah Devgas.

Ctakk!
Srakk,,
Tidak ingin Sang Jendral terluka. Dengan kondisi siap tembak. Kini arah bidikan Revolver milik Vetoz sudah berpindah, kearah para pria berjas itu.

"Turunkan senjata kalian sebelum kalian menyesal!" Desis Vetoz menggeram.

Dan untuk pertama kalinya. Devy menegang, melihat sosok menyeramkan Ayahnya.

Berbanding terbalik dengan Zedd dan Devgas. Dua pria berbeda usia, sangat jauh itu terlihat santai namun juga tajam.

Dengan perlahan tanpa mengalihkan tatapan. Zedd bangkit dari tersungkurnya. Dia datang karena cemas dengan gadisnya. Tapi, pria yang notabenya adalah Ayah kandung pemilik wadah gadisnya itu malah menghantamnya. Pukulan sebagai sambutannya.

"Mr. Krieger, apa maksud anda?" Tanya Zedd hampir mendesis marah.

Namun bukannya menjawab, Devgas malah merenggangkan jemari bekas tinjuannya. Tidak hanya itu, pria paruh baya itu juga merenggangkan lehernya kekiri dan kanan hingga menimbulkan bunyi. Sebelum akhirnya melangkah mendekati Zedd.

Tapp!
Merasakan bahaya. Pria tua, Sekretaris Zedd. Kini ikut menodongkan senjata api pistol semi otomatisnya kearah Sang Jendral. Berdiri sebagai tameng didepan Tuannya.

Membuat langkah Devgas terhenti dan langsung menatap tajam pria yang lebih tua darinya.

"Minggir!" Ucap Devgas memberi perintah, yang sayangnya tidak di indahkan.

"Mr. Krieger, ini rumah sakit. Jangan sampai tempat untuk merawat pasien menjadi tempat pertumpahan darah." Ucap pria tua itu. Mencoba menengahi sebisa mungkin.

Bukannya pria tua itu tidak tahu. Jelas dia tahu siapa yang sedang dia hadapi. Tapi, profesianya sebagai sekretaris Tuannya itu. Mengharuskan dia bergerak sebagai benteng.

"Pa,,paman. Yang dikatakan Sekretaris Tuan Zedd itu benar apa adanya. Tolong tahan amarah paman dan jelaskan kenapa." Kali ini Celine memberanikan diri membuka suara. Meski sungguh, sekujur tubuhnya dipenuhi keringat dingin takut.

"Hm, Ayah tidak baik berkelahi di Rumah Sakit." Sambung Devy, setuju.

Dan keheningan pun mendera. Dua pihak saling berpikir, atau lebih tepatnya pihak Devgas.

Moris yang merasa harus turun tangan pun, meski ragu. Menggerakan tubuh, berdiri diantara Sang Jendral dan si Sekretaris tua Zedd. Kedua tangannya terulur memanjang, tanpa menyentuh. Memberikan kode berhenti.

"Saya tidak tahu apa yang terjadi. Tapi, apa yang dikatakan mereka benar. Jika pun ingin menumpahkan darah, kalian bisa keluar lebih dulu dari Rumah Sakit. Dan kembali saat sudah terluka. Jika tidak, kita bicarakan ini baik-baik tuan-tuan." Ucap Moris menengahi.

She Is? Me!!! ✓ [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang