BAB 32

1.2K 68 2
                                    

Playlist_song by :
J. Cole - She Knows

Happy Reading !!!

• • •

Disebuah tepi danau dengan warna langit orange senja.

Dua orang perempuan dengan seragam yang sama terlihat tengah saling berdiri berhadapan.

Tanpa bisa memperlihatkan wajah masing-masing.

"Kau lah yang memulai maka kau juga lah yang harus mengakhiri, Hersa." Ucap seseorang yang berdiri menghadap kearah danau dengan 'teman' didepannya.

Entah apa yang terjadi, sosok 'teman' yang disebut 'Hersa' itu tubuhnya perlahan terhuyung kebelakang dengan kedua tangan terulur kedepan.

Mencoba meraih pertolongan yang sayangnya bagai tabu.

"NO! AMBERLY!" Teriak gadis bernama Hersa ketakutan. Dan,

BYURRR!!

Tubuh itu sudah jatuh tenggelam sepenuhnya kedalam danau dibelakangnya.

Sedang sosok yang dipanggil, hanya berdiam diri. Alih-alih bergegas menolong, kaki gadis itu berbalik.

Yang mengejutkannya sebagian wajahnya terdapat bercak darah dengan senyum miring seolah apa yang baru saja terjadi itu hal yang memuaskan dahagnya. Dan,

~

HAHHH,,
Srett!

Dengan nafas terengah, Amberly terduduk diatas ranjang hingga selimut tersingkap. Jantungnya berdebar hebat dengan peluh keringat membasahi rambut dan wajahnya.

Tidak lupa perban kecil yang melekat didahinya.

"A,, apa itu tadi?" Gumamnya lirih bertanya.

Matanya bergerak liar, seolah sesuatu yang dia anggap mimpi tadi seperti terasa nyata baginya. Bagi seorang Elisabeth.

"Apa Amberly sungguh membunuh adik Alisa?" Lagi, gumam Amberly itu sendiri bertanya. Namun,

Cklek!

Pemikiran Amberly atau Elisabeth buyar seketika, ketika suara pintu terbuka mengalihkan fokusnya.

Membuatnya seketika tersadar dia tidak tidur didalam kamarnya. Melainkan kamar Moris.

Bersamaan dengan si pemilik kamar datang, masuk dengan membawa nampan berisi makanan.

"Kau sudah bangun? Sarapan dulu, setelah itu minum obat mu." Ucap Moris menyapa setenang mungkin, dan membantu Amberly untuk sarapan. Tapi,

Srett!

Entah apa yang baru saja terjadi, keduanya termasuk Amberly sendiri ikut terkejut. Tak ayal ketika Moris mencoba meraih jemari Amberly untuk menggenggamnya, Amberly sudah menarik tangannya lebih dulu menjauh.

Membuat keduanya terdiam sama-sama terkejut akan penolakan yang tiba-tiba.

"Hah, aku. Aku bisa makan sendiri, Ayah. Kau harus bersiap-siap untuk bekerja bukan. Aku juga harus berangkat sekolah." Ucap Amberly, bukan Elisabeth. Kalimat itu keluar dengan sendirinya. Diluar kendali Elisabeth.

Seolah paham, terlebih suasana menjadi canggung. Moris hanya tersenyum tipis dan mengangguk paham.

"Hm, baiklah. Kalau begitu kau sarapan dulu, Ayah akan mandi. Panggil Ayah jika kau butuh sesuatu." Setuju Moris, meletakan dengan hati-hati nampan berisi sarapan Amberly diatas nakas samping ranjang.

She Is? Me!!! ✓ [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang