BAB 87

288 31 0
                                    

Playlist_song by :
Ariana Grande - 7 Positions (Remix)

Happy Reading !!!

• • •

"Meski masih asumsi belakang, tapi aku yakin kecurigaan ku itu pasti." Ucapan Celine tidak berbalas.

Tapi, jelas kalimat itu direnungkan dalam diam oleh Amberly dan Devy. Dimana ketiganya kini berada dibalkon kamar Amberly.

Yeah, pulang sekolah mereka memutuskan untuk singgah berkumpul dikediaman Krieger. Demi bisa membahas kelanjutan semuanya.

Dan Amberly serta Devy tidak menampiknya. Karena jika dipikirkan secara logika, itu memang benar. Tapi, yang mereka butuhkan adalah bukti. Hanya itu.

"Aku sudah meminta kenalan keluarga ku untuk mencoba mencari tahu aset apa saja yang dimiliki baik secara terang-terangan hingga yang disembunyikan oleh Yella. Hanya saja belum ada laporan terbaru." Sambung Devy yang duduk dikursi. Menatap lekat hamparan luas lautan langit biru.

"Aku setuju, mengingat terakhir kita tahu dia mampu membayar keluarga Alisa sebanyak itu. Sedang Moris tidak pernah memberi uang atau bahkan aset padanya sebanyak itu. Itu pasti aset peninggalan Ibu ku." Celetuk Amberly mengangguk kecil dengan jari telunjuk didagunya. Bersandar di dinding dekat trailing balkon. Menghadap Devy.

"Hm, kita hanya perlu tahu dimana dia menyimpan surat aset-aset itu. Karena jika kita datang dengan gegabah secara tiba-tiba. Yang ada kita akan dapat masalah baru, alih-alih menemukannya. Selain itu, dia bisa dengan mudah memutar balikan fakta. Saran ku, kita mencuri dan mengambilnya diam-diam. Baru kita jerat balik wanita norak itu." Ucap Celine memberikan idenya. Dimana dirinya bersandar pada trailing balkon, dan menatap dalam pemandangan taman bunga dibawah sana. Dimana yang dia tahu, seluruh bungan krisan di kediaman Krieger adalah bunga kesukaan mendiang Ibu Amberly.

Sungguh membuatnya dan Devy terhenyak bingung. Disaat kebanyakan orang-orang memilih dan suka membuat taman bunga mawar, lily, atau bahkan tulip dan semacamnya. Hanya mendiang ibu Amberly yang menurut Celine aneh, dan menyukai taman bunga krisan.

Tapi, meski begitu. Celine mengakui, jika dilihat dengan hamparan sebanyak itu. Taman bunga krisan indah juga. Sangat indah dengan banyaknya jenis warna. Tidak mencolok, dan terkesan lembut. Menenangkan hati.

"Apa tidak sebaiknya kita melaporkan masalah ini pada Ayah mu, Am. Maksud ku, Beliau lebih memiliki kuasa. Mengurus masalah ini, pasti bukan hal sulit." Saran lainnya dari Devy.

Berhasil menarik perhatian Celine, hingga berbalik. Dan menghadap Devy. Menatap kedua temannya bergantian dengan punggung yang dia sandarkan ke trailing balkon.

"Meski aku ragu, kurasa ide Devy tidak buruk juga Am." Sahut Celine juga menyetujuinya.

"Tidak." Balas Amberly. Melangkah perlahan, menuju kursi. Duduk disamping Devy.

"Kenapa?" Tanya Devy.

"Ayah dan Robbin sedang sibuk menghadapi orang-orang Gedung Putih." Jawab Amberly serius, apa adanya.

"Apa itu sebabnya Robbin tidak mengikuti mu lagi?" Sahut Celine ikut penasaran.

Pasalnya memang Amberly berangkat sekolah tadi bersama Xillian, tanpa Robbin. Hal yang sedikit kurang, akibat lebih sering melihat sahabatnya itu kemana pun bersama Robbin.

"Hmm, aku sendiri tidak mengerti. Kenapa Gedung Putih suka sekali mencari masalah dengan Ayah ku. Padahal sudah jelas Ayah dan Robbin menolak. Terlebih, hal yang membuatku terkejut. Aku tidak sengaja mendengar, kalau orang-orang Gedung Putih yang menyebarkan berita masuknya aku kerumah sakit pada media. Bahkan aku dengar pembicaraan Ayah dan Robbin saat itu, jika Presiden sendirilah yang meminta anak buahnya untuk memanggil wartawan ke Rumah Sakit." Jelas Amberly apa adanya.

She Is? Me!!! ✓ [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang