BAB 7

2.6K 174 0
                                    

Playlist_song by :
Ariana Grande - Bloodline

Happy Reading !!!

• • •

Tapp!
Takk!
Tapp!!
Takkk,,

Suara hentakan sepatu dan heels beriringan menggema disepanjang lorong sekolah yang sunyi.

Dimana kelas sedang dimulai. Dan sosok Amberly yang berjalan lebih dulu dengan kedua tangan terlipat santai didepan dada. Tengah mengantar Renneta sekedar bentuk sopan dan sekaligus rasa terima kasihnya.

Meski sepanjang lorong hanya ada mereka berdua. Tapi keberadaan mereka yang setiap kali melewati kelas-kelas.

Membuat perhatian setiap kelas sesaat terpaku saat keduanya melewatinya.

Hingga tiba didepan sekolah. Berdiri saling berhadapan tanpa senyum diwajah keduanya.

"Apa tidak ada yang ingin anda jelaskan, Nona Muda?" Tanya Renneta datar.

"Tidak." Jawab Amberly singkat, tidak kalah datar.

"Anda terlihat bukan seperti korban kali ini." Sahut Renneta cepat.

Matanya menatap sekujur tubuh Nona Mudanya dari bawah hingga kembali keatas.

Membuat Amberly bergerak risih, tidak nyaman ditatap seperti tengah meneliti.

"Jaga sopan santun mata mu Renneta!" Seru Amberly tegas, berkedip gelisah.

Tidak menyangka jika sekalipun Renneta sudah membelanya di ruang Kepala Sekolah tadi. Wanita dewasa itu tetap menginginkan penjelasan darinya. Dan itu sangat menganggunya.

Sedang Renneta yang melihat nada suara Nona Mudanya kembali dibuat membelalak sesaat terkejut.

Sudah tidak ada embel-embel 'Bibi' lagi dalam panggilan Nonanya itu kepadanya. Dan sikap kasar Nonanya entah kenapa sedikit, ah tidak. Tapi, lebih banyaknya membuat Renneta lega. Meski dia sendiri tidak paham alasan jelasnya. Yang pasti dia tidak menampik suka dengan sikap nona mudanya yang sekarang.

"Apa menjadi korban harus tersakiti lebih dahulu? Tidak bukan. Kau bisa menganggapnya ini bentuk pembelaan." Sambung Amberly dengan sengaja berbisik pada akhir kalimatnya tepat ditelinga Renneta.

Sontak, lagi dan lagi. Renneta dibuat terkejut dengan tetap menahan raut wajah, dan hanya melirik sekilas pada wajah Nona Mudanya.

Sebelum menarik diri dan kembali berdiri tegap dengan senyum manis kini terpatri diwajah cantik Amberly.

"Anda harus terluka, meski itu hanya setitik saja. Agar semuanya bisa disebut pembalaan. Nona!" Dengan sengaja Renneta menekankan setiap kalimat yang dilontarkan, bersama senyum lebar dibibirnya.

"Benarkah?" Sahut Amberly sungguh baru mendengarnya.

"Hm, itulah hukum yang ada." Jawab Renneta santai.

"Baiklah, lain kali aku akan melakukannya." Ucap Amberly ringan.

"Lain kali?" Membuat Renneta kembali mengernyit tidak paham dengan jalan pemikiran nona nya itu.

"Tidak juga." Jawab Amberli cepat, santai tidak peduli.

"Huftt,," berhasil membuat Renneta menghela nafas lelah.

"Kalau begitu,," sambung Renneta terpotong.

"Renneta?" Panggil Amberly hampir bergumam.

"Iya?" Balas Renneta menunggu.

"Kau pintar, baik, setia dan wanita terbaik diantara lainnya yang Ayah kenal." Ucap Amberly santai, kali ini memilih berdiri menyamping. Menghindari tatapan mata Renneta.

"Lalu?" Kembali tanya Renneta singkat.

"Ekhem,, kenapa bukan dengan mu saja. Kenapa harus dengan siwanita tua kampungan itu." Lanjut Amberly, sungguh kalimat itu tulus dari hati Elisabeth.

Pasalnya, takdir yang terjadi sangat sama dengan apa yang penulis berikan padanya saat menjadi tokoh dua dimensi.

Perbedannya, penulis menjadikannya sosok jahat. Atau, yah jujur saja dia suka dengan sifatnya.

Sedang takdir didunia nyata yang penuh warna ini, dia tidak menyangka ada orang sebaik Amberly. Yang dengan sifat baiknya menerima segala hal keburukan orang-orang disekitarnya.

Dan dengan posisinya sebagai seorang putri, yang diinginkan adalah mendapat pengganti yang bisa merawat sosok ayah.

Dan, melihat bagaimana sosok Renneta dalam sisa ingatan yang Amberly tinggalkan untuk Elisabeth. Membuat Elisabeth, berharap Renneta menjadi ibu penggantinya. Terlebih dengan Renneta yang sekalipun terpaksa, dia tetap akan berada dipihaknya.

Bagi Elisabeth, hal itu adalah yang paling utama untuk keberlangsungan hidup kedepannya.

Sedang Renneta yang mendengar itu, terdiam memutar mata jengah.

"Saya lebih suka jika anda ingin menjadikan saya Kakak Perempuan anda, Nona. Dari pada menjadi Ibu angkat anda." Sahut Renneta malas. Mencari kunci mobilnya didalam hand bagnya.

"Kenapa? Bukankah banyak wanita ingin menjadi pendamping ayah ku? Kau bisa menjadi Nyonya Jonathan yang baru. Kau tidak perlu lagi bekerja, dan hanya duduk diam dirumah. Uang akan datang dengan sendirinya untuk mu. Kau bisa membeli banyak barang mewah, lebih mewah dari pada pakaian norak mu itu." Seru Amberly dengan seribu kalimat akibat terkejut akan penolakan Renneta.

'Hell! Apa wanita ini baru saja menolakku?' batin Amberly masih tidak menerimanya.

Bahkan tanpa bisa mencegah, mata Amberly melotot tak percaya pada Renneta.

"Nona, mengurus anda saja saya sudah malas. Dulu terlalu baik sampai disakiti secara fisik saja anda diam. Sekarang," jelas Renneta terjeda.

Semakin membuat Amberly penasaran dibuatnya.

"Sekarang apa?" Desak Amberly.

"Melihat kondisi kejiwaan anda. Saya masih menginginkan kewarasan saya agar tetap normal. Dan, menjauh sejenak dari dua Jonathan. Baik Ayah anda maupun anda. Adalah Hadiah terindah dari Tuhan. Dan menjadi Ibu angkat anda? Yang berakhir dengan 24 jam setiap saat berada didekat kalian berdua. Itu sama saja penjara bagi saya." Jelas Renneta tersenyum lebar dan bergegas pergi saat dirasa jemarinya sudah mendapat kunci mobilnya.

Sedang Amberly masih terdiam mematung, mencerna setiap kalimat yang Renneta lontarkan.

"A,, ha? Wanita tadi bilang apa? Kondisi kejiwaan ku? Hell, apa yang salah dengan jiwa ku! Maksudnya dia, aku sudah gila? WAHHHH!!" Gumam Amberly saat tersadar menggerutu kesal.

"Yakk! Renneta, tunggu!" Seru Amberly kesal tidak terima dan bergegas mengejar Renneta.

Renneta yang melihat itu, semakin bergegas menuju tempat parkir dimana mobilnya terparkir. Dengan senyum tipis bahagia diwajahnya.

Dia merasa lega dengan emosi Nona mudanya yang lepas. Tak tertahan apapun.

Tanpa disadari, akibat Renneta berhasil kabur tepat didepan mata Amberly.

"Sialan!" Maki Amberly menendang udara kesal. Ketika mobil Renneta melewatinya dengan santai.

"Lihat saja Renneta. Aku tarik lagi pujian ku untuk mu. Akan ku pastikan kau jadi Ibu Sambung Amberly. Maksud ku, Ibu Sambungku. Kau merasa menjadi hukuman. Hahaha,, biar kau tahu. Hukuman dengan kekayaan melimpah itu sebuah anugrah. Ck! Dasar penyihir. Jika aku gila, kau juga akan kubuat gila. Renneta sialan!" Gerutu Amberly kesal, melangkah masuk kembali ke Sekolah dengan kaki menghentak kesal masih tidak terima.

Tidak jauh, dibalik mobil tepat samping mobil Amberly. Sosok murid laki-laki senior dengan siluet yang sama, yang menolong Amberly saat kecelakaan.

Terlihat keluar dari balik mobilnya, dengan senyum tipis dibibirnya. Merasa lucu melihat gerutuan Amberly.

"Manis." Ucap bibir yang tersenyum itu. Sebelum masuk kedalam mobil sport hitam mewah dan mengendarainya keluar dari halaman sekolah.

• • •

Voment !!!

She Is? Me!!! ✓ [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang