Chapter 57. Penggunaan Senjata

7 0 0
                                    

Dimalam hari, Sunny terus berlatih menggunakan pedang dibawah pengawasan ketat Nephis. Dengan wawasan barunya, setiap gerakan terasa berbeda dari sebelumnya. Setelah seribu serangan selesai, ia duduk dan beristirahat dan mempelajari Azure Blade, tergoda untuk terus terobsesi dengan misteri Forgotten Shore yang melimpah. Setelah beberapa saat, Sunny bertanya: "Menurutmu, apakah aku cocok menggunakan pedang? Haruskah aku mempertimbangkan untuk mengganti senjata dimasa mendatang?"

Nephis mengangkat bahu. "Itu tergantung pada tujuanmu. Namun, pedang dianggap sebagai raja senjata karena suatu alasan."

Sunny tersenyum. "Dan mengapa demikian?"

Nephis memiringkan kepala dan berpikir sejenak. Kemudian, dia bertanya: "Tahukah kau bagaimana seleksi alam bekerja?"

Sunny mengangkat sebelah alisnya. "Kelangsungan hidup yang terkuat? Spesies terkuat yang bertahan?"

Changing Star meliriknya. "Cukup benar. Tapi sebenarnya, bukan spesies terkuat yang bertahan hidup, melainkan yang paling mudah beradaptasi. Jika tidak, singa, harimau, dan beruang akan menjadi penguasa dunia, bukan manusia."

Sunny tahu tentang singa dan beruang dari rekaman arsip, tapi dia tidak tahu apa itu harimau. Mungkin predator lain yang telah punah.

Sementara itu, Nephis melanjutkan, sama sekali tidak seperti dirinya yang pendiam. Dia tampak jauh lebih fasih saat berbicara tentang subjek yang dia kuasai. "Logika yang sama dapat diterapkan dalam pertempuran. Pedang bukanlah alat yang paling efektif dalam setiap situasi. Tombak lebih berguna untuk melawan musuh dengan jangkauan yang jauh. Palu perang jauh lebih baik untuk melawan baju zirah. Gada lebih mudah dirawat. Namun, pedang adalah yang paling serbaguna."

Dia menatap kearah Azure Blade. "Pedang dapat menusuk, memotong, dan memukul. Pedang dapat digunakan secara efektif pada berbagai jarak. Pedang cepat dan mudah dikendalikan. Setiap bagian pedang, dari ujung hingga gagang, dapat digunakan untuk menyerang. Saat memegang pedang, kau tidak akan menjadi yang terbaik dalam segala hal. Tapi, kau akan menjadi yang paling mudah beradaptasi." Nephis menoleh pada Sunny. "Apakah kau mengerti?"

Sunny berpikir sebentar sebelum menjawab. "Kupikir begitu."

Nephis mengangguk lalu mengalihkan pandangan. "Tapi pada akhirnya, kau harus ingat satu hal. Tidak masalah apa yang ada ditangan mu. Pedang, tombak, tongkat... itu hanyalah alat. Kau adalah senjatanya."

Sunny menghela napas dan menyingkirkan Azure Blade. Seperti biasa, pelajaran Changing Star memberinya banyak hal untuk dipikirkan. Kau adalah senjatanya. Sunny mengulang dalam benaknya, merasa seolah-olah potongan teka-teki lainnya telah jauh pada tempatnya.

Bersama-sama, mereka menyaksikan matahari terbenam dalam kehingan yang nyaman. Saat malam menjelang, laut kembali, membanjiri labirin merah seperti aliran kegelapan. Jauh di bawah mereka, para Scavenger bergegas mencari tempat persembunyian. Beberapa dari mereka memanjat tebing, berharap untuk menghabiskan malam dipulau kecil itu.

Bayangan Sunny mengawasi mereka. "Kita akan segera kedatangan tamu," katanya, putus asa karena memikirkan waktu istirahat singkat mereka akan segera berakhir.

Nephis mendesah. "Tidak apa-apa. Dengan keunggulan ditempat yang lebih tinggi, menghadapi mereka tidak akan terlalu sulit."

Sunny mengangguk dan menatap matahari yang mulai menghilang. Tiba-tiba, suasana hatinya berubah serius. Keraguan muncul, menjerumuskan pikirannya ke dalam kecemasan yang suram. Sambil menatap ke kejauhan, Sunny ragu-ragu dan bertanya: "Apakah menurutmu kita akan mampu mencapai kastil itu?"

Nephis meliriknya tanpa ekspresi apapun diwajah. "Ya."

Sunny menoleh dan memaksana senyum. "Mengapa kau begitu yakin?"

Ditengah cahaya merah darah matahari terbenam, mata Changing Star yang tenang tampak menyala dengan api surgawi. Menatap ke arah barat, dia memanggil pedangnya dan menjawab: "Jika itu kemauan kita, siapa yang berani menghentikannya?"

****

Berurusan dengan para Scavenger yang memanjat, ternyata relatif mudah. Sunny dan Nephis hanya perlu menyergap dan mendorong makhluk-makhluk besar itu dari tebing sebelum mereka dapat menemukan tempat yang aman. Sunny menerima empat pecahan bayangan secara cuma-cuma, sehingga jumlah keseluruhannya menjadi tiga puluh dua. Sayangnya, pecahan jiwa itu tidak dapat diambil kembali.

Mereka menghabiskan satu hari lagi di tebing, beristirahat dan berlatih. Sunny berlatih dengan pedang sementara bayangannya menjelajahi jalur labirin di dekatnya. Karena Echo masih dalam tahap pemulihan, kelompok mereka masih belum dalam kondisi optimal. Itulah sebabnya tidak ada gunanya tergesa-gesa meninggalkan perkemahan mereka saat ini. Namun, segera mereka akan melanjutkan perjalanan ke barat, berpindah dari satu ketinggian ke ketinggian lain dengan harapan mencapai benteng manusia yang misterius.

Kali ini mereka tidak akan bepergian tanpa persiapan yang memadai. Mengetahui bahwa badai tiba-tiba dapat datang kapan saja, menutupi dunia dengan kegelapan dan memanggil laut kembali sebelum matahari terbenam, ketiga Sleepers memutuskan untuk menyelidiki rute secara menyeluruh sebelum berkomitmen untuk memindahkan perkemahan mereka ke tempat berikutnya.

Nephis menghabiskan hari itu dengan bermeditasi. Matanya terpejam. Sesekali, tampak seolah-olah ada cahaya putih lembut yang terpancar dari balik kelopak matanya. Namun, ketika Sunny melihat lebih dekat, cahaya itu selalu hilang, membuatnya berpikir bahwa ia hanya berkhayal. Dia curiga bahwa Changing Syat sedang melatih dirinya untuk menahan rasa sakit akibat Flaw-nya. Jika demikian, Sunny akan mendoakan keberuntungannya.

Cassia bersikap seperti biasanya, ceria dan ramah. Seolah-olah percakapan aneh mereka tidak pernah terjadi. Tapi, Sunny bisa merasakan ada sesuatu yang berbeda darinya. Dia tidak bisa menjelaskan dengan pasti apa yang berubah pada gadis buta itu, tapi dia tampaknya memiliki tekad yang lebih kuat. Itu bukan hal yang buruk.

Mereka menghabiskan waktu mengobrol dan mengenang masa-masa mereka di Akademi. Sunny bercerita tentang pelajaran yang diberikannya pada Guru Julius dan berbagai hal aneh yang dipelajarinya dari lelaki tua itu. Reaksi mereka terhadap gagasan mempelajari bahasa-bahasa mati di Dream Realm sama persis dengan protes dan kebingungan Sunny pada awalnya. Tak lama kemudian, malam pun tiba. Kali ini, tak ada Scavenger yang mencoba memanjat tebing, sehingga Sunny dan Nephis bisa beristirahat dengan tenang. Namun, mereka tetap tidur bergantian, berjaga-jaga di perkemahan jika terjadi sesuatu yang tak terduga.

Di pagi hari, mereka memakan sisa daging Centurion dan berisap untuk turun ke labirin. Sudah waktunya untuk melanjutkan perjalanan mereka.






TBC

Shadow SlaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang