Dodol aku suka

344 51 76
                                    

"Kaki kamu berat, ya, sampai malas pisan ke sekolah teh!" kata Dewi.

Enur menyeringai. "Yeh, mending daripada punya pantat guede!"

Vanda diam, yah, salah satu di antara mereka harus bersikap layaknya orang dewasa yang bertanggung jawab, Vanda tengah melaksanakan piket kelas sementara kedua teman barunya tengah berselisih.

"Aku ngerasa kamu teh kayak bukan anak SMA." sahut Enur kepada Vanda dengan nada sayang.

"Emang kamu ? Tante girang!" kata Dewi. Vanda tersenyum.
"Emangnya aku kamu!" kata Enur.

Mereka meninggalkan kelas pagi itu di bawah langit berkabut, menuju kantin.

Mereka mengambil rute lewat koridor. Burung gereja berkeliaran di langit-langit koridor, tampak menyenangkan dengan latar suasana mendung pagi ini.

Pada musim hujan di Bandung, cokelat panas adalah minuman serasi untuk menghangatkan badan dan mengembalikan mood yang terbawa angin sepoi-sepoi.

"Mampus urang!" Enur menepuk jidat sekeras-kerasnya begitu melihat ke arah gerbang sekolah, berjalan seorang laki-laki, Enur lantas melirik pada laki-laki tersebut.

"Naon aih kamu?!"

"Ssstt..." Vanda penasaran mendengar celotehan Enur dan otomatis menolehkan kepala.

"Kang Faza," sapa Enur.

Enur memperhatikan mata laki-laki itu, Enur meremas tangan Vanda, tangannya dingin.

"I-iya." balasnya dengan senyum.
Dan.. tes.. sebulir keringat menitik di pelipis dan masuk ke telinga Enur.

"Ish, aku suka kang Faza." ucap Enur setelah keheningan yang berlangsung tadi.

"Aku suka jidatnya, bibirnya, jakunnya, .. mungkin Kang Faza juga suka ku aku, ya?" tanya Enur mengharapkan jawaban dari teman-temannya.

"Bisa bisa." sahut Vanda. Enur menatap langit-langit koridor dan meringis. "Yah."

"Akang itu 100 % jantan, serius."
"Iya kelihatan," jawab Vanda.

"Kamu ga ngeceng kang Faza, kan?"

"Nggak,"
".. bohong!." Enur pura-pura menghela napas kesal. Vanda juga punya prinsip untuk tak menyukai seseorang yang temannya sukai. Vanda benci menyukai apa yang disukai orang lain. Mereka lalu menaiki tangga yang menuju ke kelas.

Raut Dewi mengekspresikan kecemasan, entahlah.
Sebenarnya, Vanda dapat membaca bahwa laki-laki yang Enur suka adalah laki-laki brengsek.

"Aih kamu teh ga kasihan sama mama kamu, jualan di kantin, kamu malah mikirin cowok wae," ucap Dewi.

"Hidup menyangkut cara menikmati anugerah Tuhan Yang Maha Esa, tante!"
"Weizh, dalam juga." ucap Vanda dalam ketegangan di antara Enur dan Dewi.
Tubuh mungil Dewi berlari menuju kelas karena dering bel.

"Mabok tuh tante-tante," ujar Enur pada Vanda.

"Mabok?"

Less Crush, Less StressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang