Keesokan pagi, Vanda berangkat ke sekolah dengan kelopak mata yang sembap. Vanda meringis dan menyadari kebodohannya yang semalaman menangis hanya karena hal bodoh, tantenya masih bersikap dingin padanya.
Masih jam setengah enam lewat sepuluh menit, langit bahkan belum terlihat cerah.
Untuk Jo yang sering telat, mungkin jam segini ia masih tidur di rumah.
Dia menyipitkan matanya ke gerbang, dan menemukan sosok yang saat ini sangat ingin dia temui.
Dengan sorot mata sembap, Vanda menarik napas lega ketika dilihatnya Abul tengah duduk di kursi kantin yang tak jauh dari gerbang sekolah.
Vanda hanya berlalu.
Dengan hanya melihat Abul, Vanda merasa lega, sebagai seorang kawan, Vanda khawatir terjadi sesuatu padanya.
Vanda segera melangkah masuk gerbang dan berjalan menuju lantai dua. Sekolah terlihat sepi, hanya ada petugas kebersihan dan Dewi si anak rajin yang bertemu dengannya di jalan tanpa ada sapa di antara mereka..
Berhubung hari ini tidak ada tugas, pasti Enur akan terlambat masuk kelas.
Vanda berniat melangkah ke dalam tapi langkahnya terhenti di pintu. Kakinya mendadak mundur selangkah begitu dilihatnya Jo duduk di kursi Vanda, sambil mengguratkan sesuatu di meja Vanda.
Vanda menundukkan kepala, tidak ingin Jo melihat sembap yang menggantung di bawah kelopak matanya. Dia berjalan menuju ke kursi pojok belakang dengan kepala tertunduk.
"Ngapain duduk di situ? Itukan kursi si Abul ?" tanya Jo bernada sarkastik sambil menatap ke arah Vanda.
Jo menatap Vanda sekilas dan kembali menatap ke depan.
Vanda hanya ingin agar Jo tak melihat sembap di wajahnya, tapi kini gadis itu berjalan menuju Jo.
"Iya, maaf." Vanda berjalan menuju kursinya dimana Jo sedang duduk.
"Iya, urang maafin. Urang mau ngomong."
Vanda segera duduk di samping Jo tapi Jo mendekatkan wajahnya ke depan Vanda sampai Vanda terkejut.
"Apaan sih, Jo. Kaget tau,"
"Nangis kenapa?" Pandangan Jo segera tertuju ke wajah Vanda.
"Enggak," Vanda menatap Jo sekilas dan membuang wajahnya ke kanan.
"Gara-gara urang?" tebak Jo dengan sebelah alis terangkat, menunggu jawaban Vanda.
"Enggak, ngapain nangis gara-gara kamu, tugas Pak Muksin bikin begadang Jo," Vanda menjawab dengan malas-malasan.
"Udah Jo, aku mau belajar, kamu balik kelas geura."
"Takut bikin Abul cemburu?" ucap Jo dengan sebelah alis terangkat, menunggu jawaban Vanda.
"Enggak!"
"Kalau gitu, nanti sore urang ajak ke Ciwidey,"
Vanda masih menimbang-nimbang permintaan Jo.
"Urang balik kelas dulu," katanya berbalik, menuju ke pintu.
"Jo," panggil Vanda menatap punggung laki-laki itu. Jo berbalik.
"Kamu nyoret-nyoret meja aku? Ini Vandalisme aih kamu,"
"Biar ingat urang kalau belajar," katanya, tanpa mengucapkan sepatah kata apa pun lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Less Crush, Less Stress
Документальная прозаgadis yang tengah berenang di dalamnya lautan perasaan.