Tut..Tut..Tutt

39 2 0
                                    

Stasiun mulai padat. Banyak orang lalu lalang, ada yang menunggu keberangkatan, ada seseorang yang menunggu kedatangan pacarnya mungkin atau teman, entah. Dewi mengantar kepergian kekasihnya.

Jo berdiri di antara kerumunan bersama Dewi yang mengantar kepergiannya ke Jakarta.

"Hati-hati Jo selama di Jakarta," bisik Dewi pada kekasihnya. "Salam hangat dari Dewi untuk tanah Bima," bisiknya lagi.

Jo tersenyum, memeluk Dewi. "Aku pamit, sayang. Makasih karena udah nemenin aku makan tiga kali sehari selama di Bandung," Jo melepaskan pelukannya, seketika Dewi meraih tangan Jo dan menyalimnya. "Jaga mata, kalau udah sampai cari sinyal, kabarin aku."

"Pasti, sayangku!" Jo mengedipkan matanya.

"Jangan cari doi baru," celetuk Dewi mengejek.

Ditatapnya cewek itu lekat-lekat, hening, selama beberapa saat yang terasa begitu cepat. Dewi mencubit lengan Jo tiba-tiba sampai cowok itu meringis.

"Lemah kamu, gitu aja sakit." Dewi kembali merangkul Jo dan memeluknyaerat-erat. Lengannya melingkar di leher cowok itu. "Aku pasti bakal kangen kamu, Jo." katanya lirih.

Jo terdiam. Tidak membalas pelukan Dewi. Perlahan tapi pasti, Jo membalas pelukan Dewi.

"Aku mimpi Abul semalam, Jo." bisik Dewi.

Jo mengatupkan bibir saat mendengar nama itu.

"Di mimpi itu, dia nikah sama Vanda di Bali, mereka nikah di pantai yang waktu itu kita datengin pas study tour kelas dua, mereka ngundang kita, tapi kamu nggak dateng, mimpi yang absurd."

Jo terdiam, tapi ujung bibirnya tertarik membentuk senyum samar.

Jo melepaskan pelukannya, tangannya bergerak mengacak rambut Dewi. "Aneh pisan sih pacar urang ?!" Jo tertawa lebar, perlahan senyum Dewi kembali memudar. Tangan Dewi terjulur mencubit pipi Jo. "Duh, kerennya pacarku, aku nggak habis pikir kenapa Vanda ninggalin kamu buat Abul ?!" Dewi mengernyit.

"Naonlah," Jo meringis 

"Jo, itu keretamu udah ada pemberitahuan mau berangkat.."

Jo mengangguk. Dewi melambaikan tangannya.

"Dewi, urang bakal balik, tunggu urang, ya." teriaknya pelan dengan seulas senyum terakhir.

"Aku tungguin Jo, jangan cari doi di sana!" celetuk Dewi. Jo mengangguk mengerti dan akhirnya berbalik, meninggalkan Dewi di belakang. Dewi memperhatikan punggung Jo yang perlahan-lahan menjauh dan akhirnya menghilang ditelan kerumunan orang-orang di stasiun.




hari ini harusnya tanganku ngetik sembilan chapt. tapi bangun kesiangan, hv a gud night all of u who red this, #salampertalite

Less Crush, Less StressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang