🐌

47 3 0
                                    

"Taksi udah datang," sahut Abul kepada Erni yang berada di dalam kamar, sahutan itu menyadarkan Vanda yang sedang asyik menonton drama Thailand.

"Bul, bantuin aku angkat koper, dong capek tauk!" Protes Erni dari dalam kamar. Usia kandungannya sudah memasuki bulan keenam.

"Iya, iya."

Vanda yang sejak tadi berdiam di kamar, otomatis termangu mendengarkan mereka.

Abul sedang mengangkat koper ke bagasi mobil.

"Cepat Bul, kita ga punya banyak waktu.

Vanda dengan terpaksa mendengarkan percakapan mereka.

Kamar Vanda diketuk.

Sejenak,

Napas Vanda tertahan. Detik itu juga ia bangkit berdiri. Membuka pintu dan terpaku, tak bisa bergerak. Seolah ada ratusan kenangan yang menyerbunya.

Matanya melihat Abul, dengan mengenakan kemeja putih, ia berbeda dari biasanya. Abul melangkah maju,

"Urang mau ke Bekasi, mau ketemu orang tua Erni," katanya.
Vanda menunduk, wajahnya pucat menyadari seseorang yang pernah ia sayangi kini akan menjadi seorang ayah. Detak jantung Vanda berdetak seirama dengan denting jam dindingnya.

"Makasih," tukas Vanda... Kaku.

"Ya udah urang pergi dulu," Abul berdehem, menggaruk tengkuknya.  Vanda mendongak, mengangguk. Dilihatnya Abul berbalik dan memasuki taksi.

Erni menepuk pundak Abul dari belakang.

"Makasih udah jadi gentle, gue bangga sama lu, Bul." Komentar Erni sambil mengacungkan jempol.

Kerongkongan Abul tercekat, "iya."

"Gue hampir lupa!" Erni menepuk jidatnya. Erni merogoh tas selempangnya mengeluarkan sesuatu berwarna hitam. "Nih."

"Gua mau berhenti ngerokok, tapi makasih, Erni." Erni berusaha menemukan berbagai jawaban dalam sudut mata Abul...dan masih tetap sama. Abul masih menaruh harapan pada Vanda.

Less Crush, Less StressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang