Its quit hard for me to open myself up to love, and have a difficult time being emotionally vulnerable. -Abul.
~
Kring!
Bel pulang baru saja berbunyi.
Siswa-siswi dari dalam kelas segera menghabur keluar.Vanda dan Enur sudah berjalan keluar gerbang. Sementara Dewi menuju gerbang untuk menunggu Mamanya menjemput. Tapi langkahnya terhenti sebelum sampai di gerbang saat melihat Abul.
"Ga ada hobi lain apa selain belajar?" tanya laki-laki itu heran.
Mata Dewi berpaling ke Abul.
"Apa kabar sama Vanda?" Abul terdiam.
"Ya udah punten (permisi) mau balik." tidak ingin larut dalam emosinya, Dewi segera berjalan meninggalkan gerbang.
"K-keheula," (t-tunggu)
Dari kejauhan. Vanda berdiri mengamati teman dan laki-laki yang mulai ia suka. Enur menarik lengan Vanda, Enur hanya geleng-geleng kepala. Sedangkan Abul hanya berdiri sambil menahan senyum samar.
"Udah, .." Seru Enur. "Mewek... geura."
"Van, Abul pernah suka sama Dewi, takutnya nanti kecewa." pesan Enur sebelum hendak meninggalkan Vanda di trotoar jalan.
Vanda berdiri dengan wajah panas. Vanda memutuskan untuk ikut menemani Enur membeli novel di Gramedia yang tak jauh dari sekolah.
Tak usah disembunyiin, lirih Vanda.
Memang begitu kenyataannya. Semenjak Abul dengan Vanda mulai akrab, Dewi berubah dingin padanya.
"Namanya cowok, siapa yang bisa nebak aih kamu?!"
"Wajar. Dewi cantik, rajin sholat, sedangkan, .." Enur menyipit bingung mendengar keluhan Vanda yang terdengar desperat, membuatnya tak semangat.
Ia pikir akan ada yang menyayanginya seperti ayahnya, setidaknya membuat Vanda merasa special.
"Udah, Van." Enur jadi kesal sendiri.
"Kamu juga mayan kok meskipun kamu ga sepintar Dewi, tapi kamu suka-suka aja dijahilin Abul. Abul pasti juga suka kamu karena being honest.""Serius?"
"Serius."
Enur memilah-milah buka diantara rak yang tersusun rapi.
"Urang sebenarnya bingung Van, kenapa Dewi yang sebenarnya suka Abul malah nolak si eta."
"Gimana kamu sama kang Faza?"
"Kang Faza, mau masuk ITB, jadi urang harus belajar keras nanti kelas dua belas." Ucap Enur secara terang-terangan.
"Kenapa ga sekarang, Nur?"
"Aih kamu ga liat urang lope-lope sama novel dibanding buku paket."Vanda meringis.
Vanda melempar novel ke arah Enur.
"Van pernah pacaran?"
"Belum."
Vanda menghembuskan napas kesal, ia kembali teringat Abul dan sikapnya, ia bertanggung jawab. Vanda masih menyukainya.
Hai!

KAMU SEDANG MEMBACA
Less Crush, Less Stress
Non-Fictiongadis yang tengah berenang di dalamnya lautan perasaan.