Ponsel Wiwik berbunyi, Wiwik keluar dari dalam rumahnya sehabis berganti pakaian untuk berangkat bekerja.
Wik, minta tolong ambilin dompet aku di kosan, dong. Mau bayar UKT, hari ini terakhir tolong ya, Wik.
Isi pesan Vanda padanya. Vanda sudah berangkat terlebih dahulu karenta takut terlambat masuk kerja. Motornya ia lajukan berbelok dipersimpangan menuju kosan Vanda, mengambil dompet yang ia lupa tanyakan di mana tepatnya. Kosan ini sangat sepi, lorongnya pun hening. Hari ini malam minggu, tidak ada penghuni kosan. Wiwik melewati lorong sepi ini yang membawanya ke kamar Vanda.
Bola mata Wiwik terlonjak.
Kelopak matanya melebar begitu mengetahui pemandangan apa yang ditemuinya di depan mata. Kunci motor Wiwik terjatuh ke lantai, terkejut melihat Abul keluar dari kamar seorang gadis lain, yangjelas itu adalah kamar seorang gadis dengan cat pintu berwarna pink.
Abul ikut tersentak. Abul dan gadis itu menoleh, mengikuti arah pandang Wiwik. Abul membisu, tidak tahu harus berbuat apa karena ia ketahuan terjebak hal paling memalukan yang justru ketahuan oleh mata kepala sahabat pacarnya. Cepat-cepat Wiwik mengambil kunci motornya dan berbalik, tidak sudi berdiri lebih lama lagi di lorong kosan hina itu.
"W.. Wik," Abul mati kutu, wajah Abul memerah, tersadar dirinya sudah terlanjur basah."
"Tolong ya, Vanda itu timpal(teman) cang. Kalau nggak serius putusin jangan main banci kek gini," Wiwik tanpa sadar membantak, bibir Abul bergetar dengan wajah merah padam. Perpaduan antara rasa malu dan marah. Sesungguhnya, Wiwik kecewa. Seseorang yang dianggapnya memiliki keistimewaan justru melakukan hal yang tak bermoral, di samping kamar Vanda pula.
Wiwik segera berbalik dan berlari meninggalkan kosan itu, lupa akan tujuan awalnya mengambil dompet Vanda untuk membayar UKT.
"Anying!" Abul memaki dan berlari mengejar Wiwik. "Wik!" Sebelah tangan cowok itu menggenggam pergelangan tangan Wiwik erat.
"Percuma mau ngejelasin, ternyata kamu bukan orang baik, Bul.
"Denger dulu, Wik." Abul memohon dengan samar.
"Jelasin sama Vanda aja, Bul." jelas terdengar dari suaranya, Wiwik benar-benar kecewa.
Abul terdiam.
"Aku khilaf, Wik." Wiwik memberontak sampai cengkeraman Abul terlepas begitu saja dan segera berlari pergi melewati lorong kosan.
Respek Wiwik selama ini, kini musnah seiring embusan angin malam yang dingin. Hanya dalam waktu beberapa menit rasa itu lenyap sia-sia. Jadi, selama ini dia salah. Ia menemukan kelemahan seseorang.
Wiwik memejamkan mata begitu berdiri di depan Vanda, ada beban yang tak ringan yang harus Wiwik jelaskan pada kawannya yang bodoh ini, sejujurnya ia tak mau tahu tentang urusan Abul dan Vanda, tapi ini menjadi beban yang tak akan terangkat jika ia tak memberitahu gadis bodoh itu, malangnya timpal cang. sahutnya pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Less Crush, Less Stress
Non-Fictiongadis yang tengah berenang di dalamnya lautan perasaan.