Just watched him smile, make me feel that I have found the treasure of Love,
-DewiSudah seminggu Dewi disibukkan dengan aktivitas belajar yang memang benar-benar padat, menjelang persiapan UN, akhir-akhir ini Dewi belajar kelompok bersama Adit dan Vanda, Dewi ingin cerita, tapi entah pada siapa, Vanda dan dirinya tak terlalu akrab, kadang Adit mau mendengarkan keluhannya, Adit dan Dewi adalah peringkat satu dan tiga di kelas, berhubung Dewi adalah dua puluh besar peringkat angkatan membuatnya merasa beruntung karena kabarnya akan mudah lulus jalur seleksi undangan.
Semenjak kedatangan Adit, nilai Dewi cenderung turun, meskipun Abul adalah salah satu faktor turunnya nilai Dewi, tapi ia tak menyesal pernah menerima Abul.
"Kamu udah ngirim tugas Fisika ke Quipper?" tanya Dewi pada Adit.
"Udah, Wi. Udah kemarin."
"Rajin, oke deh." Dewi menghela napas.
"Nggak juga,"
Abul muncul di pintu kelas, laki-laki itu kelihatan lelah, karena dari semua anak-anak kelas, yang nakal tapi tetap begadang buat belajar menurut Dewi adalah Abul.
Abul memastikan dirinya latihan soal sebelum materi dimulai, memastikan nilainya tetap aman untuk SNMPTN, sudah berminggu-minggu Dewi tak menyapa dirinya.
"Kamu pucat, Bul? Udah makan? Kurang istirahat, ya? " tanya Dewi saat Abul duduk di kursi belakang Dewi."
"Iya, urang belum belajar buat ulangan," jawab Abul tergagap.
"Istirahat makan bareng yuk? Aku traktir deh ntar." tawar Dewi, Abul mengangguk mendengarkan.
"Urang?!" Adit, teman sekelas mereka, langsung menoleh.
"Dasar. Modus pisan ke Dewi aku, kamu teh." celetuk Abul, Dewi melirik Abul yang tersenyum menatapnya sekilas, Dewi merasa suasana berubah jadi mellow.
"Lagian kalian kan udah nggak bareng lagi, inget lo bentar lagi kita pisah,"
"Pisah?" tanya Dewi
"Urang kan sama Dewi bakal sekampus deui (lagi)," jawab Abul, Dewi tertawa geli. Adit geleng-geleng kepala mendengarnya.
"Becanda, Dit. Kalian aja yang makan bareng, urang mau makan di warlap bareng sama Dinar."
Pintar, rajin sholat. Kombinasi sempurna untuk perempuan sebaik Dewi pikir Adit, Adit tidak mengerti mengapa Abul hanya ingin menganggap Dewi teman.
"Nar, buru, Nar." panggilnya pada Dinar yang tertidur di meja pojok.
"Bentar lagi istirahat, jangan sampai ga makan bareng kalian, urang duluan ya." Abul melambaikan tangannya dan segera berbalik, meninggalkan Adit dan Dewi.
Nuhun G-mart

KAMU SEDANG MEMBACA
Less Crush, Less Stress
Non-Fictiongadis yang tengah berenang di dalamnya lautan perasaan.