Kisah Putih Abu

73 12 19
                                    

Begitu Vanda selesai membawa tumpukan kertas tugas kelas, ia bergegas ke kelasnya, seisi kelas XI-J telah kosong menyisakan Vanda di dalamnya.

Vanda duduk di ujung meja, sekedar mengistirahatkan kakinya yang pegal karena naik-turun tangga.

"Neng, belum pulang?!" Sahutan laki-laki membuat Vanda yang membelakangi jendela langsung tersentak.

Laki-laki itu segera masuk ke kelas. Langkahnya terhenti di pintu. "Jadi main basket hari ini ?" ia kembali melangkah mendekati gadis itu.

Vanda memutar bola matanya tak peduli, ia masih kesal dibuat kaget olehnya. Entah apa yang ada di pikiran Vanda sampai berubah pikiran untuk bergabung ekskul tersebut.

"Mau bareng ke lapangan Bali?" ia lalu duduk diujung meja.

"Aku les jam setengah empat sampai maghrib."

Raut Jo berubah serius, matanya menatap gadis itu, Jo bangun dari duduknya. Tahu bahwa ada sesuatu yang berubah dari sikap gadis ini, Jo mengalah lalu berbalik, laki-laki itu diam tanpa suara.

Sori. Lirihnya merasa bersalah.

~

"Jo, maneh kena marah pak Roni nggak ikut ulangan. Mampus siah (lu)." baru saja Jo meletakkan tasnya di tepi lapangan sudah di sambut dengan berita buruk dari Dinar.

"Ceunah (katanya) temuin Pak Roni di ruang guru kalau masih mau ikut susulan, terakhir besok."

Jo hanya geleng-geleng kepala kemudian duduk di tepi lapangan.

"Abul mana ?"

"Haha! Maneh jiga (lu kek,-) homo. "

"Gila, si eta aneh." celetuk Jo dari tepi lapangan, muncul Abul baru datang ke lapangan Bali sambil membawa beberapa air mineral di tangannya.

"Wis, kalem atuh, urang di sini, Jo." Abul berjalan menuju Dinar dan Jo.  "Ye nggak, Nar?"

Dinar hanya terkekeh.

"Tadi aing lihat maneh dari kelas atas,"

"Nyariin urang ya ?!" memandang Abul penuh tanya.

"Naonlah.  " Jo berbalik.



Dinar tertawa terbahak-bahak melihat wajah Jo yang memerah. Kepala Dinar jadi sasaran toyoran Jo.

Abul tertawa, dan obrolan mereka terhenti saat coach datang.

"Buat kamu," ucap Abul menggoda kawannya, sembari menyerahkan beberapa botol air mineral kepada Jo, lalu berbalik pergi. Setelah dilihatnya sekeliling, ia cukup yakin Vanda tak akan datang.

Vanda ternyata dengerin urang pisan, lirihnya.

"Makasih udah baca cerita ini."

Less Crush, Less StressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang