I Wish I Saw You Every Day

155 26 56
                                    

Halo kamu, hhe mau bilang, kalau dalam cerita ini ada unsur tidak nyambung, tidak masuk akal, atau apa pun, let me know, jangan segan-segan for comment down below, coz it means a lot for me :)
..

"Kamu kenapa nggak ngumpulin tugas?"
"Saya ga tahu cara ngerjainnya, Bu." jawab Vanda.

"Enak ya kamu jawabnya." Bu Wati menatap Vanda kesal.

Saat Bu Wati marah di ruang guru yang membuat suasana menjadi hening,

"siang Bu," Vanda sedikit kaget mendengar suara laki-laki, tiba-tiba muncul laki-laki yang baru saja datang dengan tas ransel di punggung. Vanda tertegun saat melihat laki-laki itu. Ia terkekeh melihat Vanda di marahi guru Kimia. Ia meletakkan makalah yang seingat Vanda dikumpulkan lusa.

"Hatur nuhun, Bu." jawabnya dan berlalu keluar ruang guru.

"Sudah sana, lain kali nggak boleh lalai lagi kamu."

"Iya, iya, terima kasih Bu." Bu Wati menggelengkan kepalanya.
Vanda baru saja ingin melangkahkan kakinya dari ruang mencekam itu, tapi tersentak kaget oleh sosok Abul.

"Kasihan anak pulau," jawabnya asal celetuk. Vanda mendengus pelan, "sini kamu!" katanya, Vanda mendengus, dengan ogah-ogahan, dia berjalan mendekati Abul.

Vanda mengamati tas di punggungnya. "Mau mabal, ya?" Ia mengangguk pelan. Ia menyerahkan tas punggung kepada Vanda.

"Taruh di kelas aja, kalau guru nanya, bilang aja dispen, mau gladi resik nge-mc." terdengar lengosan dari Vanda, namun tidak membantah, dia menuruti perintah laki-laki itu. "Anak pintar." Tidak sadar, refleks Abul mengusap kepalanya dengan tangan, membuat Vanda nervous.

Kali ini amarah Vanda sehabis ditegur guru berubah menjadi, entahlah.

"Sok (silahkan), balik ke kelas, entar ga boleh masuk sama Bu Yasmin kalau telat." Ucapnya yang di balas senyuman manis dari Vanda.

Vanda menarik napas lega, bersyukur karena ada Abul yang membuat kekesalan Vanda akhirnya berpindah entah kemana. Vanda melangkah sambil memikirkan laki-laki itu.

Oh, ini namanya masa-masa SMA.

Nama laki-laki itu terus terngiang di pikiran Vanda dan masih tetap menggantung di pikiran Vanda sampai jam pelajaran terakhir.

Kesan pertama mendengar namanya pasti yang terngiang adalah laki-laki dekil, urakan, tapi bagi Vanda ia laki-laki cool.

Meskipun Abul hobi mabal, tapi tanggung jawabnya sebagai pelajar patut diteladani oleh Vanda.

Masa di mana murid lain serius mendengarkan pelajaran, ia hanya akan tidur, tetapi saat ulangan tiba nilainya akan tetap baik-baik.

"Woy, ngelamun aja! Denger nggak bel pulang?" Vanda tersentak merasakan bahunya dipukul keras oleh Enur.

"Naonlah (apaansih)Nur." Vanda mendengus.

"Mikirin naon sih, buru pulang, sebelum Noni dateng. (Hantu bangunan Belanda.)

Vanda terdiam sejenak, memperhatikan bangku kosong di sebelahnya dan langsung berbalik kepada temannya, lalu memutar kepalanya untuk menatap bangku kosong itu sekali lagi.

Less Crush, Less StressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang