Sudah sebulan lebih Abul tak bertemu Vanda.
Abul masih belum mendapatkan kabar apa pun dari gadis itu, bahkan dari Wiwik sekali pun. Tak ada hasil. Ponsel Vanda tak pernah aktif lagi.
"Bul, coba lu tungguin dia depan kamarnya," kata Erni yang duduk di sampingnya.
"Enggak bisa, Er. Gua harus ngerjain Gamtek. Dan dikumpulinnya besok,"
"Yah, gua juga DW hari ini di Legian, maaf ya." balasnya merasa bersalah.
Selepas makan malam, Abul mengantarkan Erni ke depan kosannya.
"Wah kempes," kata Erni setelah melihat kondisi ban motornya yang berada di parkiran kosan.
"Ya udah deh, gua anterin ke Legian, buruan naik lagi." Mereka kembali melaju ke Legian.
"Thanks yak," teriak Erni di keramaian malam.
"Buruan masuk! Hati-hati," kata cowok itu lagi.
"Oke," cewek itu mengangguk dan segera berlari masuk ke sebuah cafe.
"Bul," teriak Erni panik. Erni segera melangkah keluar dari cafe. Dia berjalan ke arah trotoar, menemui cowok itu yang masih berada di situ.
"Ikut gua bentar," tangan Erni menarik tangan cowok itu untuk masuk ke cafe. Abul menurut saja, cewek itu menunjuk ke arah seseorang yang Abul cari selama sebulan ini.
Gadis itu, ... Vanda! Seorang Vanda jadi waitress, Abul mengerjapkan matanya berkali-kali, dan ia tetaplah Vanda yang ia kenal. Ia tidak sedang berhalusinasi, ia menyadarkan dirinya dari keterkejutan.
"Silahkan duduk," seorang waitress lain mendekatinya.
"Lah, Wiwik lu di sini ?" Abul terkejut melihat Wiwik juga berada di cafe yang sama dengan Abul. "Katanya lu nggak tahu Vanda ke mana ?!" Ucap Abul terdengar menyindir. "Gua mau ngomong," ucap Abul berniat melangkah mendekati Vanda tetapi ditahan oleh Wiwik.
"Tapi dia lagi sibuk, Bul. Bos galak, mendingan jangan dulu, dah."
"Gua pingin ketemu, Wik. Bentar doang." Kata Abul lalu mengalihkan pandangannya yang tertuju kepada Vanda.
Mata cokelat Vanda melihat Erni dan seseorang yang ia kenal berada di sampingnya. Nampan berisi pesanan customer tiba-tiba hampir terjatuh dari tangannya.
Vanda segera mengantarkan pesanannya dan berlari menjauhi tatapan mereka bertiga.
"Bul, udah, jangan ganggu dia dulu," pekik Wiwik khawatir. Abul tak menghiraukan ucapan Wiwik dan segera berlari menghampiri Vanda ke belakang.
Vanda mengangkat wajah, "Kok kamu ?" balas Vanda ragu.
"Nganterin Erni tadi, kebetulan ketemu kamu di sini."
"Oh,"
"Kamu pulang jam berapa ?"
"Dua belas,"
"Urang tungguin yah, Van sampai selesai kerja." Kemudian mata Vanda melihat Abul yang kini menariknya dalam dekapan, terasa asing. Berada dalam jarak sedekat ini bersama Abul membuatnya grogi.
"Kamu bikin urang khawatir,"
"Sengaja," desis Vanda.
Abul melepaskan rangkulannya. Abul melirik Vanda yang saat ini sedang memperhatikannya dengan serius. "Hm," balasnya berdehem.
"Ya udah aku tunggu di luar ya,"
"Hm," balasnya singkat.
Selama nyaris tiga jam Abul menunggu Vanda dengan senang. Memperhatikan gerakan Vanda, melihat Vanda mondar-mandir mengantarkan makanan dan minuman, tersenyum lalu pergi, begitu seterusnya sampai Vanda telah menyelesaikan pekerjaannya.
"Wik, hari ini khe duluan, aja."
"Oke," ucap Wiwik tersenyum jahil.
"Yuk, Van pulang." Abul menoleh pada Vanda yang baru saja berganti pakaian.
"Aku lapar." Mereka berdua pun berjalan menuju gerobak sate ayam yang dekat dengan cafe dan Pantai Kuta. Mereka kemudian duduk di tepi pantai. Angin sepoi-sepoi menerpa mereka ketika duduk. "Kamu nggak makan ?" Abul menggeleng pelan. "Urang minum aja." Mata Abul kembali tertuju pada Vanda.
Vanda termangu.
"Bul ?"
"Iya," jawabnya tersadar dari lamunannya.
Vanda tidak jadi menanyakan sesuatu pada Abul dan terus mengunyah sate ayamnya sambil memandangi gelombang air laut.
Setelah menyelesaikan sate ayamnya, Vanda bangun dari duduknya. Abul menahan tangan Vanda, Abul terdiam, ada yang harus Abul korbankan demi Vanda, dan ia rela begadang untuk mengerjakan tugas Gamtek itu pagi ini, pikirnya tanpa menyesalinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Less Crush, Less Stress
Non-Fictiongadis yang tengah berenang di dalamnya lautan perasaan.