"Nur, nonton yuk? Ada film baru."
"Males. Nggak ada duit."
Bel istirahat berbunyi, Kang Faza mengirim pesan pada Vanda agar menemuinya di samping lapangan Bali. Akhirnya Vanda mengajak Enur untuk menemui Kang Faza.
"Ngapain?" Enur mengernyit saat Vanda menarik lengannya menuju samping lapangan Bali. Enur menutup mukanya dengan telapak tangan setelah melihat Lo laki-laki itu.
"Nur?" tanya Vanda.
"Dia nggak waro (respon) pesan aku." bisiknya lirih.
Laki-laki itu tertawa geli. "Ya ampun, gue kira kenapa Nur." Enur terkejut menyadari kang Faza mendengar bisikannya pada Vanda. Vanda mengusap punggung Enur yang sedang sedih.
"Gara-gara gue ya ?!" Enur membuka telapak tangannya yang menutupi sebagian wajahnya.
"Udah dong Nur. Ini Faza mau ngomong."
Vanda sadar diri, ia melangkah mundur meninggalkan mereka berdua.
"Awalnya gue pikir lo tipe-tipe, kalau suka dipendam aja. Tapi sikap lo ketara kalo lo suka gue."
Enur terdiam sejenak.
"Papa udah tua. Udah kepala enam malah. Gue punya papa yang butuh gue perhatikan. Klasik sih, tapi gue serius. Bukan gue ga suka lo. Gue takutgue nggak bisa tanggung jawab sama perasaan gue ke elo"
Enur mematung dalam diamnya.
"Bagus deh." Enur mengembuskan napas perlahan, tiba-tiba merasa tegang tanpa alasan. Enur lalu melambaikan tangannya sambil berbalik, menapaki tanah yang seakan sedikit bergetar. Ia melewati Vanda yang menunggu di depan gerbang lapangan Bali.
Vanda bingung melihat sikap Enur. Lelaki itu masih berdiri menatap lapangan hijau kering di depannya.
Vanda menatap laki-laki itu dingin.
Ia berjalan mendekati Vanda, terdiam lalu berbalik melangkah pergi setelah menepuk pundak Vanda.
![](https://img.wattpad.com/cover/87283160-288-k24012.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Less Crush, Less Stress
Não Ficçãogadis yang tengah berenang di dalamnya lautan perasaan.