Story

41 12 9
                                    

Abul berdiri di tengah lapangan Bali yang kosong sambil mengacak-acak rambutnya.

"Goblok pisan sih urang, batinnya berdesis. Ia merosot ke tanah lalu menutup wajahnya dengan tangan.

"Gusti." wajah Abul memerah, mengingat mata Vanda menatapnya bingung.

Tindakan yang dilakukannya memang murni karena refleks. Bukan karena ingin sok-sok-an. Ia kenal Jo sejak SD, ia tahu Jo, ia hanya main-main.

Jangan-jangan Dewi marah lagi sama urang.

Abul bangkit.

Abul mencuci muka di westafel sudut lapangan. Setengah jam berlalu, memutuskan untuk segera kembali ke kelas.

Bu Yasmin pasti sudah masuk kelas.

Dilihatnya Jo sedang bersandar di samping GOR. Wajahnya yang tadi lembut di depan Vanda, sekarang justru kelihatan datar.

~

Abul menunggu di depan gerbang.

"Van." Panggil Abul.

"Aku mau masuk."

"Kamu nggak pa-pa?" Tanya Abul. Perubahannya yang drastis sempat membuat Vanda menatap wajahnya kaget. "Maaf ya."

Vanda menarik napas panjang. "Iya nggak pa-pa." Abul menatap wajah Vanda secara teliti sampai wajah Vanda memerah dibuatnya.

"Jangan bilang kamu benci urang sekarang." Vanda tersenyum kecil.

"Urang ga mungkin nonjok si eta tanpa alasan, si eta mesum."

"Aku serius suka sama Jo. Mau dia nggak bener, aku bisa jaga diri."

Vanda menengadah menatap Abul, tubuhnya yang lebih jangkung mengharuskan Vanda menengadah supaya bisa menatapnya.

Muka laki-laki itu lebam, karena tonjokan di lapangan Bali oleh Jo.

Mata Abul melotot.

Tangan Vanda mencubit pipi Abul tanpa izin. Di luar dugaan membuat jantung Abul seperti tersengat listrik.

"Bercanda, Bul." Vanda tertawa. "Aku tau kamu baik. Makasih nasehatnya." Vanda lalu menatap langit tak berbintang di atasnya. "Aku mau serius belajar. Doain ya biar aku Istikomah belajar."

"Ya udah, balik ke kamar. Belajar yang rajin, Van!"

"Iya." Vanda mengangguk, membalikkan tubuhnya dan segera berjalan menuju pintu gerbang dengan senyum di wajahnya.

Andai saja Vanda pacarnya, ia ingin memeluknya. Tapi sayangnya, hatinya menyukai Vanda, gadis yang tak sesempurna Dewi.

Less Crush, Less StressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang