Not afraid of Loves

25 7 5
                                    

Begitu bel pelajaran kedua habis berdering, Enur segera bangkit dari kursinya dan bersiap berlari menuju gerbang sekolah menemui Kang Faza

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Begitu bel pelajaran kedua habis berdering, Enur segera bangkit dari kursinya dan bersiap berlari menuju gerbang sekolah menemui Kang Faza.

"Nur, titip mangga potong di Nano, ya?" pinta Vanda di sela-sela Enur merapikan rambutnya.

"Titipin aja lewat Jo biar entar dia yang antar ke sini," saran Enur.

Vanda hanya berdehem, sedangkan Enur segera berlari keluar kelas.

Jo menaiki lantai dan sesampainya di ujung tangga, ia melihat Dewi hampir terpeleset di ujung tangga yang licin karena anak-anak kelas dua belas yang mondar-mandir mengambil wudhu di westafel untuk sholat Dhuha dengan harapan agar diterima di Perguruan Tinggi  impian.

Guru Bahasa Indonesia segera keluar saat mendengar teriakan perempuan dari luar. Gelas Kimia yang di bawa Dewi terpecah belah. Ditambah anak laki-laki yang sontak berteriak jahil melihat Jo menahan pinggang Dewi di lengannya. Laki-laki itu segera melepaskannya. Enur mengintip melalui samping tembok.

Dewi sampai ternganga di anak tangga merasakan dirinya berada dalam rangkulan Jo.

"Neng hati-hati atuh, sudah tahu, kan pecah satu ganti dua. Untung nengnya enggak jatuh." Guru Bahasa Indonesia menceletuk tetapi tak diacuhkan oleh Dewi.

Dewi tetap membeku di anak tangga. Tidak percaya dengan dirinya yang sedetik berada di pelukan Jo yang bisa dibilang ajaib!

Jo yang melihat kemunculan Enur dari balik tembok segera berjalan menaiki anak tangga lalu berjalan menghampirinya.

"Kunaon, Nur?" tanyanya heran, diliriknya Jo memegang segelas mangga potong. "Buat Vanda?" tebaknya meyakini.

Dewi masih melihat ke belakang punggung Jo, Enur menoleh ke arah Dewi.

"Jo, itu Dewi kayaknya mau ngomong."

Jo hanya tersenyum kecil menanggapi tanpa berniat membalikkan tubuhnya. "Baleg urang, eta Dewi ngelihatin maneh."

Jo mengikuti tatapan Enur ke belakang punggungnya dan benar saja, Dewi sedang menatapnya dengan tatapan takjub. Dewi tampak kaget dilirik balik oleh Jo, bisa dikatakan salah tingkah, lalu laki-laki itu tanpa berpikir ulang, reflek melangkah turun satu anak tangga  dan memungut pecah belah itu dan membuangnya ke tempat sampah.

Dewi menahan senyumnya melihat wajah Jo, untuk pertama kali terlihat malu karena sikap Jo.

Mata Jo menatap Dewi nyalang akan sesuatu yang Dewi tak mengerti bahwa itu hanyalah tatapan pertemanan yang santai.

Lalu cepat-cepat dia berbalik tetapi Dewi menarik pelan lengan laki-laki itu supaya kembali turun ke anak tangga.

"Jo, kayaknya aku suka sama maneh." katanya kaku. 

Tatapan santai itu perlahan-lahan meremang berganti dengan alis yang terangkat heran. Dewi masih membeku dan menatap Jo bingung.

".. mending jangan, urang takut manehna kenapa-napa, urang nggak tanggung jawab."

"Kenapa-napa kumaha? Emangnya kunaon? Aku cuma, .. nggak berharap we're being in relationship."

"Mending jangan,"
Kata-kata itu diucapkan dengan santai.

Dewi sadar dirinya jadi bahan tertawaan diikuti tawa cekikikan menyusul dari anak laki-laki hampir satu kelas yang melihat.

Dewi sama sekali tidak berniat untuk memiliki Jo, karena bagaimanapun caranya Dewi berusaha nantinya, perasaannya mungkin tak akan terbalaskan. Yang ada justru dirinya yang kecewa.

.  

kalo suka sama orang jangan dipendam sendiri ya, hhe #ngaco

Less Crush, Less StressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang