Enur jadi tidak konsentrasi sejak awal bel pelajaran pertama dimulai sampai bunyi bel pulang. Vanda melihatnya bingung karena melihat Enur tidak seperti biasanya, Enur termasuk anak yang rajin baca novel di kelas. Dalam urusan lope-lope dia nomor satu, makanya Vanda suka meminta saran padanya. Tapi hari ini mendadak jadi anak super malas buat ngomong.
"Kenapa, Nur?"
"Nggak pa-pa." Enur menggeleng.
"Mau nonton Jo main basket di lapangan? Sini urang temenin."
"Nggak." ucap Vanda.
"Yuk ? Bete urang dari tadi, lagian banyak yang nonton kok."
"Bete kenapa?"
"Biasalah, kayak nggak tahu urang aja, Van." mereka berdua akhirnya memutuskan untuk menonton. Lumayan untuk Vanda cuci mata, lagian anak basket yang keren bukan hanya Jo.
Tapi Vanda teringat sesuatu, Dinar selalu muncul saat bersama Jo atau Abul. Ia merasa ingin pulang dibanding digodain Dinar.
Hari ini cuaca kota Bandung memang lumayan mendung, otomatis saat Vanda dan Enur keluar dari kelas, sapuan angin terasa membungkus di permukaan kulit.
"Van, tunggu!" Ahmad berusaha menyamakan langkahnya dengan Vanda. "Van!" Ahmad menepuk pundak Vanda yang ada di depannya.
"Hari ini ngumpul di samping kelas sebelas."
Vanda meringis kecil. "Sorry, aku mau ke lapangan, kamu aja ya?"
"Yah kok gitu sih maneh?" Ahmad kemudian melirik Enur yang kisutkusut.
"Buru atuh Van." ucap Enur kesal.
Mereka berdua menyusuri jalan rindang menuju lapangan Bali.
Pandangan Vanda jatuh pada Jo yang sedang menggiring bola menuju ring."Tuh kan ada Dinar," ucap Vanda kesal. Sementara itu dari arah jalan masuk, dua orang beriringan berjalan. Yang satunya adalah Abul, dan satu lagi perempuan dengan tampilan mencolok mata, yang membuat pandangan anak-anak lain seketika tertuju pada mereka. Kemudian kembali pada jalannya permainan, suara bergemuruh kelas dua belas saat Jo berhasil mencetak poin, tepuk tangan dan teriakan. Dilihatnya Abul jauh, matanya menatap perempuan di sampingnya. Abul terlihat berantakan dengan pakaian yang dikeluarkan dan rambut yang menyentuh telinga, Vanda belum sepenuhnya melupakan Abul, tapi ia terus mencoba. Sedangkan Dinar di pojok lapangan bersama gerombolan kelas dua belas sedang menikmati makan siangnya sambil menonton pertandingan antar kelas.
Hmm, aku lapar waktu nulis jadi aku buat Dinar lagi makan. Hha

KAMU SEDANG MEMBACA
Less Crush, Less Stress
Non-Fictiongadis yang tengah berenang di dalamnya lautan perasaan.