Gerimis

17 2 0
                                        

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dengan cuaca yang kelabu dengan mentari bersembunyi di balik awan abu-abu diikuti titik-titik hujan, gerimis. 

Pagi itu setelah Vanda sampai di kampus, Vanda langsung didatangi oleh Erni ke gedung jurusannya membuat beberapa teman Vanda heran melihat Jegeg MIPA berada di kawasan FKP. "Van, gua mau izin ?!" kata Erni. (Jegeg : Putri Fakultas)

Vanda kebingungan melihat ekspresi Erni.

"Jumat sampai  minggu gua ngisi acara di Ubud, gua mau Abul ikut nyanyi sekalian main gitar juga,"

Ekspresi keheranan di wajah Vanda berubah menjadi tawa pelan.

"Lu lucu dah, Er. Kok izin ke gua ?! aneh-aneh ae lu."

"Pacar lu tuh yang aneh, gua ngajak dia, tapi dia bilang ntar Vanda marah, terus gua bilang ngapain marah harusnya banggalah, dia diam terus bilang kalau dia pemalu,"

"Boong tuh Abul, dia ngga tahu malu orangnya, iya ntar gua coba ngomong ke dia,"

"Thanks yak, Van."

Karena dosen Vanda telah masuk kelas, Erni segera gerak cepat meninggalkan kelas. Alhasil Erni segera menuju lantai bawah dan menaiki sepeda motornya, ia segera menuju gedung MIPA yang berada di seberang jalan.

Gimana Vanda nggak sayang, kalau Abul tiap ke kosan Vanda selalu dinyanyiin lagu, gumamnya.

...

Abul menerobos kerumunan  mahasiswa kelautan yang baru selesai  kelas. 

"Lihat Vanda, nggak ?"

"Tuh," jadilah Abul berjalan menuju arah yang ditunjuk.

Abul melihat Vanda sedang menandatangani daftar hadir, dilihatnya gadis itu menundukkan kepala membuat rambutnya tergerai menutupi separuh wajahnya, ia kelihatan manis.

"Hai cantik," 

Vanda menoleh.

"Bul, kok jahat  gamau bantuin Erni ?!" kata Vanda tancap gas.

"Kita kan pasangan baru, Van. Acaranya dari jumat sore sampai minggu tengah malam, ntar kalau kamu digodain cowok gondrong itu lagi, urang nggak bisa!" Vanda mendongak, menatapnya tak percaya. 

"Bul, bantuin dong," 

"Semoga hujannya makin deras," ucapnya mengalihkan topik,  agar Vanda berhenti merajuk.

"Janganlah, kamu kan masih ada kelas nanti," Abul berjalan mendekati Vanda, lalu langkahnya berhenti.

"Biar kamu kedinginan," ucap Abul lalu merangkulkan tangannya di pundak Vanda dan mengusap punggungnya cepat untuk memberikan sedikit kehangatan lalu melepaskannya.


"Bul, dia baik, dia pernah ngasih aku ayam crispy buat makan siang," Vanda menggerakkan pundak cowok itu. 

Kini mereka berdiri berhadapan, tangan Abul menyentuh pundak Vanda. "Urang bisa beliin kamu ayam KFC, sekalian sama gerai tokonya,"

Gadis itu diam saja.

Abul menarik napas panjang.

"Iya, Van. Iya." Jadilah Abul menuruti kata-kata Vanda. 

  Begitu mereka ingin bergegas meninggalkan gedung kelas, gerimis sedari pagi perlahan-lahan mulai deras. Hujan perlahan berubah semakin lebat. 

Semakin lebatnya hujan, membuat mahasiswa secepatnya meninggalkan gedung kampus sampai tempat itu berubah sepi.

"Kamu nggak cemburu, kalau urang nginap di Ubud bareng dia ? Ubud itu tempat yang tepat buat jatuh cinta. Apa kamu emang nggak peduli kalau urang jalan sama cewek lain?!" Ucap Abul terdengar sengit.

"Aku sama sekali nggak mikir aneh-aneh tentang kamu, Bul. Aku percaya kamu." Vanda menatap wajah cowok itu. 

Abul menarik lengan Vanda ke dalam dekapannya.



Less Crush, Less StressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang