VANDA baru saja sampai di kosnya dan duduk di tempat tidur saat ponselnya yang ada di dalam tasnya bergetar. Vanda mengambil ponsel itu, melihat nomor milik Jo menelepon.
"Van, kamu di mana ?"
"Di kosan, kenapa ?"
"Nanti malam, aku mau ngomong, bisa ?"
Jantung Vanda yang semula biasa-biasa saja berubah menjadi debaran yang tidak menyenangkan.
"Kenapa ?" Vanda tercekat, meneguk ludah dan merasakan sesuatu yang mengganjal. Tanpa menjawab apa-apa, sambungannya terputus. Vanda kembali meletakkan ponselnya di atasmeja belajar dan bangkit beranjak dari tempat tidur, ia sedikit gemetar karena belum makan siang.
"Er, mau kemana ?" Tanya Vanda saat melihat tetangganya hendak pergi.
"Latihan kontem, Van. Ebeb lu mana ?"
"Ebeb ?"
"Ebeb Abul ?!"
"Ooh,"
"Udah makan belom ?"
"Kok lu tau aja,"
"Itu muka lu, nelangsa gitu,"
"Ke kamar, Van. Masih ada ayam chrispy, makan gih,"
"Oke," sahut Vanda, begitu dilihatnya Erni telah bergegas pergi.
Yang ada dipikiran Vanda hanya ayam dan Jo, hanya butuh lima belas detik bagi Vanda untuk menghabiskan ayam itu, tapi Jo, ia tak mengerti dengan dirinya hari ini.
Hanya satu permintaan Vanda pada Tuhan : Panjangkanlah umur hubungan ini, Ya Tuhan.
Sementara Erni mengendarai motornya dengan sedikit gila, melawan derum angin yang berhembus dari arah berlawanan. Ia terlambat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Less Crush, Less Stress
Non-Fictiongadis yang tengah berenang di dalamnya lautan perasaan.