Dewi lagi-lagi kerja rodi. UAS akan berlangsung satu minggu mendatang, dan masih banyak materi lain yang masih belum Dewi hapalkan. Terutama materi Genetika. Akhirnya hari ini Dewi terpaksa pulang sedikit larut untuk belajar di Balai Pustaka bersama Enur.
Enur dan Dewi telah berbaikan seminggu yang lalu.
"Ga pa-pa kita belajar keras, capek-capek sekarang, yang penting hasilnya memuaskan." Ucap Dewi memberi semangat pada Enur yang murung seharian.
"Gimana kalau kita ke mangkok manis habis belajar? Sekalian ajak Vanda juga."
"Kamu yang ajak deh," ujar Dewi pada Enur yang memberi usul.
"Gampang itu mah, nah tumben kamu baik ke Vanda. Kalau begini, aku meuni curiga sama kamu,"
"Sialan maneh,"
Enur tertawa geli, lalu Dewi tersentak begitu ponsel yang ada di dalam sakunya bergetar. Dilihatnya ada pesan LINE yang masuk. Dari Jo.
Lagi di mana ? Urang mau nanya.
Dewi mengutak-atik ponselnya, membalas pesan.
mau ke Balai Pustaka yang di Jl. Jawa. Tanya aja Jo,
Pesan masuk lagi setelahnya.
Sampe malam ga?
Dewi merasa curiga dan baru sadar bahwa ini pertama kalinya Jo mengirimkan pesan padanya.
Iyalah. Aku belajar sampe malam, emang aku Vanda!
Oke.
Dewi mengernyitkan keningnya membaca balasan Jo.
Udah? Oke doang? Setengah jam Dewi menunggu pesan masuk lanjutan dari Jo. Tapi tak ada. Ponselnya tak bergetar lagi.
Sementara itu, Vanda yang sempat keluar kelas bersama Abul untuk istirahat tiba-tiba kembali dari kantin dengan lari pontang-panting masuk ke dalam ruangan kelas dengan napas terengah-engah sampai semua orang yang ada di dalam kelas menoleh ke arahnya.
"Allahu Akbar!" Ucap Abul pelan, laki-laki itu meneloyor kepala Vanda gemas.
"Naon sih, Van!.. ," kata Abul sambil tertawa kecil.
".. diamuk bencong tadi."
"Alay," ucap Vanda masih dengan napas terengah-engah. Abul kembali meneloyor kepala Vanda.
"Kunaon, Bul?" Tanya Enur bingung.
".. si Vanda digangguin bencong di Taman Musik, terus si eta ga sengaja numpahin soto ayam ke kepala bencongnya, disuruh ganti, sieta malah lari narik aing," Abul menceletuk.
Beberapa lama setelah itu,
Vanda menoleh ke belakang dan matanya terbelalak saat melihat siapa yang datang. Jo muncul dari pintu kelas, Enur hanya geleng-geleng kepala. Mereka lalu menoleh ke pintu dan menatap pada sosok jangkung yang berdiri di sana.
Jo melihat Abul yang berdiri di samping Vanda tidak memakai seragam sekolah, masih menggunakan kaus seperti kemarin.
"Dari mana, Van?" tanya Jo dingin.
"Enggak." Vanda menggeleng pelan.
Jo menunjuk laki-laki di samping Vanda dengan dagunya.
"Kunaon, Bul. Teu make seragam ?" Tanya Jo hanya berbasa-basi.
"..kemaren aing nginap tempat Vanda, ga sempet balik." Dan beberapa orang ternganga mendengar penuturan Abul yang kelewat santai. Otomatis anak-anak lain terutama Jo menoleh ke arah Vanda.
"Van, keluar bentar. Urang mau ngomong."
Vanda merasakan wajahnya memanas. Karena tidak mau menambah perhatian. Vanda segera mengikuti Jo yang menunggu di pintu. Dia segera menghampiri Jo, laki-laki itu menarik pergelangan tangannya menjauh dan duduk di kursi yang ada di koridor depan perpustakaan.
Halo Dunia Oranye kikikik
KAMU SEDANG MEMBACA
Less Crush, Less Stress
Non-Fictiongadis yang tengah berenang di dalamnya lautan perasaan.