"Dewi, buka pintunya, Wi." Tidur Dewi terpaksa diinterupsi oleh suara ketukan di depan pintu kamarnya yang memaksa perempuan bangkit dari tidurnya.
"Dewi, ini urang." suara lelaki itu terus memanggil namanya.
"Apaan sih ?" bentak Dewi begitu pintu sudah terbuka. Dewi tertegun melihat Abul berdiri di depan pintunya."Kamu yang nanaonan nggak masuk sekolah dua hari kemaren?!" katanya dengan jengkel.
"Tumben peduli, disuruh Vanda ?!"
"Adek kamu yang telepon urang, naha sih cuma gara-gara urang, kamu nggak masuk." Abul sempat menghela napas, menatap perempuan di depannya sebelum akhirnya meraih handuk dan menyerahkannya pada Dewi.
"Hayu berangkat bareng, urang tunggu di depan."
"Hm." Dewi berdehem.
"Kamu kemana aja? Kata Enur kamu nganterin Yogest pulang?!"
Dewi bersandar di tembok samping pintunya dengan menunduk sampai Abul geleng-geleng kepala melihat sikap cemburu pacarnya."Udah makan? Aku buatin sarapan, ya?" Abul terperanjat, terdiam menatap Dewi.
"Boleh." Ucap Abul lalu melangkah menuju sofa lalu berbaring di sofa ruang tamu sambil menatap layar ponselnya.
"Van, urang telat sedikit, ambilin makalah urang di laci terus kumpulin ke meja Bu Endeu, nuhun sayang." terkirim.
Vanda meraih ponselnya, sebuah chat dari Abul.
Vanda menyunggingkan senyum.
"Gandeng monyet!" (Berisik monyet!)
Pesan terkirim. Vanda segera beranjak bangkit dari kursinya menuju meja Abul di pojok kelas.

KAMU SEDANG MEMBACA
Less Crush, Less Stress
Não Ficçãogadis yang tengah berenang di dalamnya lautan perasaan.