Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Gerimis di sore hari,
Vanda memperhatikan baju-baju di lemari pakaiannya. satu per satu dikeluarkan baju itu dan melihat ke cermin untuk mencocokkan di tubuhnya.
Vanda jarang beli baju baru lagi, Ayah. Gumamnya pelan. Menatap langit-langit kamarnya. padahal Vanda adalah tipe gadis paling hobi dalam urusan outfit. Akhirnya ia hanya memakai kaos pollo dipadu celana jins.
Kira-kira pukul tiga sore. Vanda keluar dari kamar dan berjalan menunju beranda rumahnya, dilihatnya laki-laki jangkung itu sudah duduk manis di beranda depan rumah Vanda, sedang memandang lurus ke depan, kelihatannya ia baru pulang dari tempat bimbel yang berada tak jauh dari sekolah.
Vanda sempat kaget melihat laki-laki itu adalah Abul, laki-laki itu memakai hoodie yang menutupi kepalanya, karena suasana dingin dan gerimis.
Dingin menyapa hati gadis itu saat melihat Abul di depannya, tapi ia merasa hangat.
"Apa kabar ? Kamu kemarin-kemarin kemana? Oya praktik Titrasi kita sekelompok." Ucap Vanda memecah keheningan yang diisi rerintikan hujan.
Abul menatap Vanda.
"Mau pergi ya sama Jo?" angin meniup pelan wajah mereka.
Vanda tersenyum geli. Cepat-cepat gadis itu mengangguk.
"Iya, hati-hati Van, pegangan sama Jo, nanti jatuh. Lagi hujan soalnya." wajah Vanda memerah malu. Ia tersenyum mendengar ucapan Abul.
"Ya udah, Van. Urang balik dulu, nanti keburu malam." Abul mengedipkan mata dan dibalas Vanda dengan senyuman manis.
Ada sesuatu yang berbeda dari Abul, tapi ia tak yakin apa. Abul terlihat tak bersemangat saat menatapnya. Gerimis seakan bercerita tentang perasaannya saat ini.
Abul keluar dari gerbang rumahnya dan melihat laki-laki itu sudah naik ke motor lebih dulu dan menghidupkan mesinnya.
Rerintikkan hujan tak kunjung reda, Vanda masih menunggu Jo di beranda depan.
Sementara di penghujung sore ini, Laki-laki itu hanya butuh pundak untuk bercerita, tetapi gadis itu kelihatan bahagia, alangkah mesranya Jo dan Vanda yang berpadu menjauhi dirinya pelan-pelan, hawa dingin menghampiri perasaan lelaki itu. Abul hanya ingin pulang ke rumah dan menarik selimut tebalnya, entah pada siapa ia harus membagi dukanya. Abul sadar jalan hidup ini kian tak pasti.