She Know that

58 12 38
                                    

Selesai pelajaran Fisika, Jo bergegas keluar dari kelas, hari ini dia mengajak Vanda untuk mengambil barang pesanan Mamanya di PVJ untuk acara syukuran kakak Jo yang lulus S2 di UGM

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selesai pelajaran Fisika, Jo bergegas keluar dari kelas, hari ini dia mengajak Vanda untuk mengambil barang pesanan Mamanya di PVJ untuk acara syukuran kakak Jo yang lulus S2 di UGM. Jo berjalan menuju kelas Vanda. 

"Duluan ya, Nar, Bul." pamit Vanda pada Dinar dan Abul yang masih memasukkan bukunya ke dalam tas.

"Dah, hati-hati Van." Sahut Dinar, Abul hanya menatap Vanda datar.

Vanda mengangguk pada Abul dan segera berjalan menuju Jo yang berada di ambang pintu kelas.

Jo beranjak meraih jari Vanda, digenggamnya kuat-kuat sampai Vanda tertegun dibuatnya.

..

Sementara Dinar berdiri menunggu kemunculan seseorang yang sejak sejam ia tunggu di depan perpustakaan. Dinar menolak ajakan Abul untuk nongkrong di warung kopi untuk merokok.

Lama pisan si Dewi, teu mual apa belajar wae, lirihnya.

"Woi gepeng ngapain, nungguin aku?!" tanya Enur.

"Ngapain nungguin cewek dekil kayak kamu, pintar aja enggak," komentarnya panik takut ketahuan. Yang dimaksud Dinar bukanlah fisiknya, melainkan kebiasaan Enur memakai seragam yang jarang disetrika.

Dewi yang berada di samping Enur berlalu begitu saja tanpa melihat bahwa ada seseorang yang menunggunya.

Tanpa mendengar balasan Enur, Dinar segera mengikuti Dewi dari belakang, begitu dilihatnya Dewi sudah melangkah menjauhi perpustakaan. Dinar menarik ujung rambut Dewi supaya sang  gebetan meliriknya.

"Dewi, urang anter kamu pulang." Pupil mata Dewi terbelalak kaget melihat kegenitan Dinar.

"Aku mau les."

"Urang anterin!" Dewi menggeleng cepat.

"Atuhlah,"

"Aku bisa sendiri, Nar."

".. , urang ikutin terus." melihat Dinar tidak pergi juga, akhirnya Dewi menerima tawarannya,

"Naik motor?" tanya Dewi.

"Nggak atuh, naik angkot."

"Motor kamu?"

"Udah dijual indung urang," laki-laki itu menghela napas perlahan.

Dewi menggeleng cepat. "Enggak ah, ga mau!" Dewi keras kepala, walau dalam hati kasihan juga.

Dewi berjalan cepat meninggalkan Dinar di belakang yang terdiam sejenak, melihat Dewi tidak berbalik, Dinar segera bergegas menuju Warlap. Demi apa pun, ini baru pertama kali Dinar mengungkapkan perasaan lewat sikapnya kepada perempuan, ia menyusuri lorong dengan suasana sepi.

"Kok malah pergi? enggak jadi ngantarin?" Sahut Dewi dari belakang punggungnya.

Dewi blank sesaat, menyadari Dinar ternyata menaruh perasaan padanya.

"Urang ke Warlap dulu, manggilin Abul ngantarin kamu pake motor, Wi." balasnya santai.

Ini orang maunya apa, sih?!

Dewi jadi gemas.

Dinar kembali melanjutkan langkahnya, ia tersentak saat merasakan lengannya yang kaku ditarik Dewi pelan oleh tangannya yang mungil.

"Buruan, aku mau les," komentar Dewi melirik Dinar.

Mereka lalu bergegas keluar dari gerbang, dan menunggu angkot yang tak lama kemudian sudah datang, mereka masuk ke dalam angkot, Dinar duduk di samping Dewi. beberapa menit berlalu, angkot segera menepi saat Dewi melihat tempat bimbelnya sudah lewat, Dinar segera turun dan membayar angkotnya, mereka sampai di daerah Cihapit.

 Terik matahari yang membakar membuat Dinar berpindah ke samping kiri Dewi, diam-diam untuk melindunginya dari terik matahari sore itu. 

Dinar yang juga jangkung diam-diam memperhatikan Dewi yang mungil. Dinar segera memalingkan wajahnya dengan salah tingkah saat Dewi mendongak meliriknya.

"Tadi aku becanda, soalnya kamu suka jail, jadi aku jailin balik, nggak nyangka kamu langsung diam, Nar." laki-laki itu memegang belakang kepalanya karena merasa canggung.

Mereka menyeberang menuju bangunan bercat putih yang telah ramai oleh anak-anak SMA.

"Urang balik ya?!" Dinar melambaikan tangan pada Dewi lalu berbalik pergi.



Deg-deg,

Less Crush, Less StressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang