Being Unsure!

36 8 9
                                    

Laki-laki itu menelepon Vanda berulang kali, tetapi tak ada jawaban

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Laki-laki itu menelepon Vanda berulang kali, tetapi tak ada jawaban.

Abul mengumpat dalam hati. Memakai jaketnya dan segera menuju garasi dan naik ke atas motornya.

Abul segera meletakkan helmnya. dan berjalan menyusuri jalanan yang sepi.

Abul berdiri di sebuah gundukan tanah yang hening. Karena kesal dan tak ada tujuan ke mana ia harus bercerita, seperti anjing liar yang ingin didekap malam.

"Kumaha, (gimana) Nar. Di dalem?" hening tak ada jawaban.

Karena kondisi yang tak lagi sama. Waktu dan keadaan yang mengharuskan mereka berpisah.

Waktu yang membuatnya tidak lagi merasakan bagaimana rasanya nongkrong di sore hari dengan aroma tembakau hangat di dada, lalu Dinar akan meminta sebatang rokok, atau hanya menikmati kopi setiap mampir ke Warlap sambil bermain kartu dalam malam yang tidak karuan. Serta lawakan garing Dinar yang menyenangkan.

Ia lalu bangkit dan segera  berjalan menuju motornya dan memakai helm, lalu meninggalkan tempat itu.

Waktu kini menunjukkan pukul 11.45 PM.

.. kini laki-laki itu berdiri di sebuah rumah yang hening.

Dia menelepon Vanda agar membukakan pagar rumah untuknya, tak lama pagar terbuka.

Muncul gadis dengan mata ngantuk di baliknya. "Aku udah tidur, Bul." Abul mengangguk.

"Nggak pa-pa. Urang cuma pingin lihat kamu," kata Abul sambil melangkah selangkah lebih dekat. Rumah ini memang bukan rumahnya, tapi ia merasa diterima di rumah ini dengan kehangatan kapanpun laki-laki itu menginjakkan kaki kerumah ini.

Perasaannya yang terlalu sulit sampai rasanya ia ingin lari karena bosan menjadi penonton melihat Vanda bersama Jo.

Abul lalu melangkah masuk, melewati taman lalu duduk di kursi yang berada di samping taman mini di beranda rumah.

Vanda masuk ke dalam dapur. Lalu membawakan cokelat hangat dari dalam dapur. Vanda segera menghampiri Abul ke taman, menaruh cokelat panas itu di depan laki-laki itu.

Abul menatap Vanda, diletakkan kepalanya di samping bahu gadis itu. Hal yang selalu ingin Abul lakukan kalau ia merasa sedih.

Berbeda dengan Abul yang masa bodoh setiap harinya, ia merasa takut saat ini.

"..urang nyariin kamu."

"Cie," Vanda berseru santai.

Bagi Vanda, Abul tempat bercerita, tempat yang nyaman untuk melepas kegundahannya, begitupun Abul.

Less Crush, Less StressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang