Bel berbunyi nyaring dua kali pertanda istirahat. Tapi ada yang berbeda hari ini, sejak tadi Enur senyum-senyum sendiri, sedangkan Dewi sejak tadi gelisah, saat ditanya Vanda ada apa, Dewi justru tidak menjawab apa pun.
Sikap Abul yang datar membuat Dewi gemas.
"Tahu nggak sih, si Sari yang bodas (putih) kayak porselen itu ?" ucap Enur memulai gosip. "Dia ke Bali terus foto pakai bikini. Kemarin di snapchat dia juga lagi ngerokok dengan santainya. Dia kira kayak gitu jadi keren kitu (gitu) ?!" ucap Enur sewot.
"Udahlah nggak usah diurusin, ke UKS aja yuk?" tawar Vanda sambil menarik lengan Enur.
Enur mengangguk. Akhirnya Dewi memilih ikut teman-temannya pergi ke UKS untuk menemani hobi baru Vanda, biasanya Abul mengajaknya makan siang bersama, tapi entahlah.
Juga raut wajah Abul berbeda dari biasanya, laki-laki itu berkali-kali terlihat diam dan seakan mengatakan 'malas ngomong' saat Dewi berniat menghampirinya.
Entah apa kesalahan Dewi.
"Van, si Jo!!" Enur menarik tangan Vanda, pupil mata gadis itu sempat melebar, menandakan keterkejutannya.
Jo baru saja melewati Vanda, raut wajah laki-laki itu kelihatan beda. Kemarin tim Jo menang. Kalau sudah begini, Vanda merasa menyesal tidak acuh sekedar menyemangatinya kemarin-kemarin.
Dari gelagatnya terlihat kalau Jo masih kesal padanya.
Vanda yang semula ingin melangkah turun tangga otomatis berhenti.
"Jo." Jo terhenti dari langkahnya, walaupun muka gadis itu sudah tidak tahu lagi sepucat apa.
Penasaran akan apa yang akan dikatakan gadis yang kemarin tak peduli padanya, ia berhenti tepat di depan Vanda.
"Selamat ya." Vanda membeku di tempat. Ia khawatir Jo akan berpikir bahwa Vanda hanya melihat kelebihan Jo.
Padahal Vanda tak bisa tidur karena memikirkan sikap Jo yang kecewa padanya beberapa hari belakangan ini, ia mengisi malamnya dengan mengisi soal-soal biologi di buku paketnya hingga ia ketiduran di meja belajarnya.
"Mulai suka, nieh!" celetuk Dinar.
"Iya." Jo tersenyum sambil mengangguk.
Ia melangkah selangkah supaya lebih dekat pada Jo.
"Makan siang bareng ya." bisik Vanda lirih. Gadis itu bermaksud meminta maaf lewat traktiran, berharap ia memaafkan Vanda.
Vanda menegang, seumur-umur, meminta seorang laki-laki untuk makan dengannya. Vanda menatap laki-laki saja malu apalagi sampai meminta laki-laki untuk makan siang dengannya.
"Bebas." Jo mengedikkan bahunya.
Dinar menyeringai. "Urang teu diajak ieu teh (ini teh) ?" diliriknya Vanda yang berada di depannya.
Vanda geleng-geleng kepala.
Melihat kelucuan gadis itu, Jo maju selangkah, lebih dekat dengan Vanda. Ditatapnya gadis itu lekat-lekat. Tepat di matanya.
Melihat kedekatan mereka, Abul menarik kerah baju Jo tiba-tiba, bersiap memberi bogeman mentah pada Jo. Abul segera mendaratkan tinjunya tapi telapak tangannya berhenti di udara.
Tepat di samping Abul, Abul menoleh, dilihatnya Dewi terdiam menahan lengan Abul.
Sementara ekspresi wajahnya pucat, bersamaan dengan itu dilihatnya mata perempuan itu sedang menatapnya dengan kaget. Dewi menunduk untuk mengalihkan pandangan lalu tanpa diduga dia segera berbalik dan memutar tubuhnya untuk naik menuju ruang kelas.
Tatapan Vanda bingung melihat Abul, begitu pun... Jo.

KAMU SEDANG MEMBACA
Less Crush, Less Stress
Non-Fictiongadis yang tengah berenang di dalamnya lautan perasaan.