Be Honest

76 16 14
                                    

Hello, thanks for your time, jika ada kritik saran, please let me know hhe

Motor Abul melintasi jalan raya kota Bandung, disepanjang sisi jalan dinaungi pepohonan tua. Motornya memasuki gerbang berornamen kayu jati.

Dia segera turun dari motornya dan masuk ke dalam rumah, melewati beranda depan, lalu ke ruang tamu dan melihat seorang perempuan tomboy, duduk di depan laptop sedang bermain games, perempuan itu menoleh saat mendengar suara langkah kaki. "Abul!"

"Dari mana?"

"Warlap."

"Kemarin Dewi nge-chat urang!" langkah Abul sempat terhenti. Ada raut wajah terkejut di matanya, Abul meneguk ludah. Mendengar nama Dewi, Abul menatapnya bingung.

"Naon ceunah?" (katanya apa?)
"Nanya maneh."

Abul mengangkat alis.

Abul memiringkan wajah.

"Lah kunaon ?"


Febri melemparkan seringai jenaka, raut wajah Abul seketika berubah nelangsa.

"Katanya, suruh Abul mandi teh kalau ke sekolah!" serunya mantap.

Abul meringis.

"Urang pikir anaknya manis, sama dia aja, Bul." Abul geleng-geleng sambil menyunggingkan senyum geli.

~

Abul melihat Vanda di ujung kelas sedang duduk sendiri di depan.
Laki-laki itu menuju sudut belakang kelas.

"Tumben pisan datang cepat, biasanya sengaja telat biar duduk samping Vanda." seloroh Dinar yang membuat Vanda berbalik.
"Nanaonan, nggak lah."
(Apa-apaan) Ucap Abul menyangkal perasaannya.

Pandangan Abul terarah ke depan, Abul memandang Dewi, jauh dari posisinya sekarang Dewi juga melirik sekilas ke arah Abul, lantas mengalihkan pandangannya pada Vanda, Vanda tengah berbincang bersama Enur dengan senyum menyungging di wajahnya, gadis yang menerima lelucon Abul apa adanya.
Tapi bagi Abul Dewi tak hanya rajin belajar, kecantikannya bagai sakura bermekaran di kulit wajahnya yang bersih.

Dewi kembali berusaha fokus pada buku Biologinya, berkonsentrasi membaca walaupun rasanya mendadak patah semangat dan selera bacanya hilang entah kemana.

"Vanda?" laki-laki bertubuh padat dengan kepala botak itu sekarang ada di depan Vanda.

"Mau ikut ekskul Jepang ga?" Tanya Ahmad.

Gerombolan Abul dan teman-temannya, para tukang bully, tertawa, dan bersiul, serta senyum-senyum jahil ke arah mereka berdua. Vanda menatap Abul yang tengah bersama teman-temannya. Entah apa yang mereka bicarakan. Kontan Vanda dan Ahmad jadi pusat perhatian.
Ponsel di meja Enur bergetar, dikeluarkan ponsel itu dan melihat nama Abul.
Kontan Enur menyerahkannya pada Vanda.

"Cie."

Dengan sopan Vanda menganggukan kepalanya mengiyakan ajakan Ahmad, disertai senyum hangat.

Vanda melirik Abul, yang juga dibalas memandangnya. Sedangkan Dewi kembali berkonsentrasi pada bacaan fungsi dan morfologi sel yang ada di depannya.

Less Crush, Less StressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang