Teruntuk Ikdales, cuma mp.4 demi menjaga privacy dia, sama aku. hhe. semoga cukup menggambarkan karakter Abul yang aku kenal.
"Tahu bulat digoreng dadakan~" suara Dinar menggema di dalam kamar Jo yang berada di lantai atas, Dinar hobi nongkrong di rumah Jo karena sudah seperti rumah kedua baginya yang tinggal jauh di Cimahi sana.
Dinar tak perlu sungkan-sungkan untuk makan maupun tidur, dapur dan ruangan Jo terbuka baginya.
"Lagi mikirin masa depan ?!" tebak Dinar dengan wajah sok mikirnya.
"Bukan."
"Lah terus apa atuh?"
"Lagi mikirin tompel maneh."
"Laah sejak kapan aing punya tompel?" Dinar menendang pelan Jo sambil tertawa geli. "Tompel Vanda mereun?!"
"Naon, Dinar. " Jo kembali berpikir, mencoba mengingat tingkah konyolnya yang kemarin.
"Ih, kunaon aih maneh, seseurian kitu, mikir jorok ya?!" (Ish, kenapa lu, senyum-senyum, mikir jprpk ya?!)
"Suka-suka aing." Jawab Jo dengan seringai.
"Gila maneh Jo." Dinar menyahut, tidak penting.
"Nar, kemarin aing hampir nyium Vanda."
"Wuih parah siah!" (uih parah lu!)
"Kacau ya aing?!" Jo tidak berhenti nyengir sejak tadi sampai mulutnya terasa pegal karena terlalu lama nyengir.
..
"Van, tumben kamu diem aja, nggak makan siang?" tatapan Enur dan Dewi berpaling pada Vanda yang duduk di pojok depan, sibuk dengan ponselnya tanpa niat ikut makan siang dengan mereka berdua.
"Paling juga nungguin chat seseorang, iya nggak, Van?" Dewi mengedipkan matanya.
"Nelangsa banget." Jawab Enur diiringi decakan, Dewi lantas memutar bola matanya dan melirik seorang laki-laki yang baru saja masuk.
"Sweet, euy," tak urung seruan Enur membuat beberapa anak kelas menoleh padanya.
Vanda melirik dan terkejut begitu dilihat laki-laki yang muncul di pintu adalah Jo.
Vanda mengambil senyum termanis saat dilihat laki-laki yang semula di pintu berjalan menuju kursinya.
"Urang mau makan tadi bareng Dinar, mau bareng nggak?"
"Aing nggak mau jadi nyamuk, kalian weh." jawab Dinar dengan sedikit ratapan dan dibalas Jo dengan sikutan di perutnya sampai Dinar meringis kesakitan.
"Aing traktir, Nar." Sebuah tawaran yang menyenangkan bagi Dinar, sedangkan Vanda menatap Jo tanpa berkedip. Vanda mengambil dompet mini di tas dan bangkit dari kursi.
"Hayu." Jawab Vanda. Vanda melambaikan tangan pada Enur dan Dewi yang dibalas tatapan kesal yang dibuat-buat oleh Enur.
Abul yang berada di pojok kelas tidak tertarik melihat pemandangan tersebut yang membuat moodnya bertambah buruk.
"Dewi," Abul menyela, sebelum Dewi berbalik. "Balik sekolah, urang mau ngomong."
NB: Kemarin teman aku cerita bagaimana bangganya dia anak petani bisa kuliah, sampai lupa aku mau publish cerita ini, hhe sekian. thanks for reading :)

KAMU SEDANG MEMBACA
Less Crush, Less Stress
Non-Fictiongadis yang tengah berenang di dalamnya lautan perasaan.