Ini adalah makan bersama pertama mereka setelah empat tahun melewati hari sebatas teman. Ada kenangan yang kembali terulang. Walaupun saat ini Abul yang dulu ada di hati Dewi kini telah bersama Vanda.
"Kamu serius nggak grogi ketemu orang tua aku ?"
"Nggaklah, kan aku laki-laki."
"Oh gitu." Dewi hanya mengangguk.
"Gimana ekspedisi kamu ?" lanjutnya mengubah topik pembicaraan.
"Kamu ingat Vanda nggak ?"
"Vanda mantan kamu ? Yang nggak setia itu ?" Jo tercengangbahkan sampai tersedak air mendengar pernyataan Dewi.
Jo tersenyum singkat. "Iya. Sebelum ke Bima aku mampir ke Bali bentar, ikan bakar di Kedonganan katanya enak,"
"Serius enak ? Kapan-kapan kita jalan-jalan ke Bali yuk, terus mampir di Kedonganan makan ikan bakar di pantai, biar so sweet,"
Obrolan sore hari itu berlanjut, mulai dari kuliah Dewi, gadis desa di Bima, cerita demi cerita mengalir. Jo tersadar, Dewi adalah teman ngobrol yang seru baginya. Hati yang retak kini perlahan-lahan sembuh.
"Aku punya berita burut buat kamu ?"
"Berita apa ?" tanya Dewi.
"Aku bakal ngelamar kamu."
Dewi tercekat, diam sejenak mendengar berita yang baru didengarnya.
"Tapi nggak papa, aku nggak maksa kamu buat nerima."
"Kenapa mendadak, Jo ?"
"Aku cuma mau serius, aku juga nggak gila minta tahun ini buat nikah, mungkin setelah kamu lulus."
Dewi menganggukkan kepalanya. "Kamu bakal jadi imam aku,"
Kali ini Jo yang tercekat, "Jadi,"
"Iya." Sahut Dewi pelan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Less Crush, Less Stress
Sachbüchergadis yang tengah berenang di dalamnya lautan perasaan.