"Dewi! Dari mana aja, Nak?" Perempuan itu melihat anaknya sudah kembali dengan pakaian yang sedikit basah karena gerimis.
"Habis dari mana ?"
"Habis nongkrong tadi bareng Jo,"
"Ya Ampun! Yang tampangnya nakal itu?" Mamanya berdecak heran.
" Bukan, Ma. Itu Abul, ini Jo, anak basket yang main di Gor Lilha Buana waktu itu." Dewi membalas sengit.
"Iya, nak. Jangan marah gitu dong sama Mama, masuk dulu Mama buatin susu hangat," katanya, terdengar sayang. Nyaris tiga tahun, Dewi selalu cerita apapun masalahnya pada perempuan itu. Mereka terlihat akrab. Ekspresi Dewi berubah. Tatapan mata Jo saat di kafe tadi seolah melumerkan es beku dalam hatinya. Dewi melepas sepatunya di bawah meja dan melangkah menuju ruang tamu
"Udah lama kamu nggak cerita, anak mama lagi suka sama siapa sekarang ? Mama kangen dengar kamu cerita lagi."
Akhirnya Dewi merebahkan dirinya ke sofa, menyandarkan punggungnya dan mengembuskan napas. Mamanya melangkah memasuki pintu dapur dan berjalan menuju wastafel dapur. pikiran dewi melayang pada lorong waktu dimana saat itu ia dengan bodohnya tertawa riang saat bercerita tentang Abul.
"Mama juga buatin pisang goreng, kamu ganti baju dulu di kamar." Teriak perempuan itu pelan dari dapur.
Dewi mengangguk malas.
Dewi meraih ponsel disaku jinsnya, memandangi pesan yang ia kirim pada Jo, tetapi belum ada tanda-tanda balasan darinya.
Kamu nggak mau minta maaf, ?
hm, kalau dipikir-pikir Dewi itu agaktidaktahudiri gitu ceritanya, tapi aku punya teman kaya gitu, udah tahu udah punya pacar tetap aja menyimpan rasa, hv a nice dayyy
KAMU SEDANG MEMBACA
Less Crush, Less Stress
No Ficcióngadis yang tengah berenang di dalamnya lautan perasaan.