Ga Paham

47 12 40
                                    


Enur menatap papan tulis di dinding dengan tidak bersemangat. Pelajaran ketiga adalah pelajaran bahasa. Alhasil Enur bukannya memperhatikan justru tenggelam dalam novelnya, sementara hanya Dewi yang rajin mencatat.

Bel istirahat berbunyi, Enur spontan berteriak, ia sebenarnya punya rencana untuk mengisi jam istirahatnya. Sementara Vanda dengan alam bawah sadarnya merangsang reaksi untuk meluapkan beban dan rasa kantuk yang merajalela.

Semua murid XI-J segera bangkit dari kursi mereka dan lari berbondong-bondong menuju kantin.

"Yuk, ke kantin." ajak Enur.

"Aku bareng Abul ke kantin." ucap Dewi tak enak.

"Ya udah, yuk, Van." Enur menarik tangan Vanda.

"Aku mau tidur di UKS, Nur." ucap Vanda meringis.

Tak lama laki-laki yang dimaksud Dewi datang.

"Hai, pacar." Abul muncul dari belakang mereka sambil membawa buku tulis lalu mengembalikannya pada Dewi.

"Suntuk gitu, Van." Abul menatap Vanda heran.

"Nggak pa-pa. Hari ini ngantuk aja."

Abul mengangguk.

" Jo titip salam,Van." Abul berkata sambil meraih tangan Dewi dan berlalu ke luar kelas.

"Aku ke UKS, Nur." Vanda cepat-cepat bangkit dari kursinya. "Dah." Gadis itu melambaikan tangannya kemudian segera berlalu.

Saat ingin keluar kelas, kaki Vanda secara otomatis berhenti saat dilihatnya Jo berada di depan kelasnya, bersama dengan Dinar di belakang punggung laki-laki itu. Vanda menatapnya kaget, buru-buru dia ingin berjalan agar tidak bertatapan dengannya.

"Kemarin nyapa, sekarang kayak nggak kenal."

"Mau ke UKS dulu, duluan." Jo meraih pergelangan tangan Vanda. Wajah Vanda memerah, saat diraih tangannya oleh Jo.

"Nanti pulang bareng." Jo berucap santai namun wajahnya menyatakan ketertarikan.

"Aku lebih suka pulang jalan kaki." ucap Vanda to-the-point.

Dipegang erat tangannya oleh Jo. "Ya udah, urang temenin jalan."

Ini anak, lirihnya kesal.

Dinar yang ada di belakang Jo terlihat sama mengesalkannya. "Udah iya-in aja. Kasihan, besok mau tanding sama anak Aloysius (SMA Swasta di Bandung)."

Genggamannya masih belum terlepas juga.

"Jo, dia maunya Abul." ujar Dinar memancing Vanda.

Tangan Jo yang semula memegang pergelangan tangan Vanda kuat tiba-tiba terlepas. Jo terdiam, tanpa suara. Keheningan merebak, Jo mendadak bisu di tempat.

Vanda ingin mengelak, tapi Jo berbalik badan terdengar tidak mau mendengarkan lebih lanjut.

"Jo."

Sementara Vanda terdiam di tempatnya semula. Tidak menyangka melihat reaksi Jo.

Jo justru membisu tanpa suara. Seolah apa yang dikatakan Dinar adalah perasaan Vanda sesungguhnya padanya.

"Jo, aing becanda doang. Ulah dipiki.. (jangan dipiki..)" Dinar baru saja ingin berbicara pada Jo.

"Ngapain juga aing pikirin." Jo mengedikkan bahunya, bersikap tidak peduli.

Pffth.. have a nice day kawan.



Less Crush, Less StressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang