2. Pengacau Upacara

3.9K 313 401
                                    

Pada dasarnya peraturan itu dibuat memang untuk dilanggar.
-Struggle
*****

   BEL tanda pulang sekolah sudah berbunyi sejak lima belas menit yang lalu tapi Alatha masih harus memberikan beberapa arsip mengenai berbagai evaluasi kegiatan OSIS selama beberapa minggu ke depan ini karena statusnya memang masih menjadi sekertaris OSIS jadi memang sudah tugasnya untuk mengurus semua arsip-arsip semacam ini. Tapi tenang saja, Alatha senang melakukan semua ini. Karena memang Alatha merupakan siswi yang terbilang sangat aktif dalam mengikuti kegiatan sekolah semacam ini. Ketika umumnya siswa paling anti dengan hal-hal merepotkan seperti menjadi anggota organisasi OSIS tapi lain halnya Alatha yang malah sangat bersemangat seperti ini.

   Brama -Ayah Alatha-mengizinkan Alatha untuk ikut OSIS pun juga karena pada dasarnya beliau sendiri suka berorganisasi saat zamannya sekolah dulu. Maka tak ayal lagi kalau Alatha sebagai darah dagingnya memiliki kesukaan yang sama dengannya. Namun biarpun begitu, Alatha tetap harus memberi kabar tiap kali ada kegiatan OSIS dan memaksa dirinya untuk pulang telat.

   Mengenai teman-temannya, Alatha masa bodo dengan mereka yang memilih untuk pulang duluan ke rumah mereka masing-masing. Alatha sudah sangat pusing mendengar celotehan Anna dan juga Nela yang tidak berhenti-berhentinya membicarakan tentang anak baru yang baru datang ketika jam istirahat kedua tadi. Alatha sama sekali tidak tertarik dengan ajakan kedua temannya itu untuk sekedar mengintip bagaimana rupa anak baru yang katanya kelasnya berada di kelas X3. Setidaknya saat ini hanya dia dan Nadin yang normal. Alatha sebenarnya sedikit heran, kenapa juga bisa anak baru itu datang di jam-jam terakhir masuk sekolah? Di hari terakhir sekolah juga. Bukannya biasanya anak baru itu masuk tepat pada saat jam masuk sekolah baru dimulai? Apalagi sekarang sudah menginjak semester dua kelas sepuluh. Sepertinya anak baru itu memang telat masuk sekolah. Atau murid pindahan dari sekolah lain?

  Ah, peduli setan dengan pikiran itu. Mungkin anak baru itu kena macet di jalan makanya baru bisa tiba di sekolah pada jam-jam masuk sekolah berakhir. Dan karena statusnya masih murid baru, makanya sekolah mengizinkannya untuk masuk.

   "Kak, ini arsip tentang evaluasi kegiatan estakulikulernya semuanya udah saya fotokopi tinggal nanti ditanda tanganin aja." Tukas Alatha ketika sampai di ruang OSIS untuk menemui Leon -yang juga masih berada di sana menunggu arsip dari Alatha- yang juga masih sibuk dengan laptop di atas mejanya.

   "Iya taruh sini aja, Tha." Titah Leon sambil menunjuk lapak kosong di atas mejanya. Alatha mengangguk lalu berjalan mendekat ke arah meja di mana Leon berada untuk meletakkan arsip-arsip tersebut di atas meja.

   "Kalau gitu, saya pulang duluan ya Kak? Udah gak ada yang perlu dikerjain lagi kan?" Tanya Alatha.

   Leon menoleh ke arah gadis mungil dengan rambut panjang yang sedikit bergelombang itu, "iya udah gak ada lagi kok. Lo boleh pulang." Katanya pada Alatha. Alatha mengangguk lalu hendak melangkahkan kakinya pergi dari sana sebelum akhirnya urung ketika Leon kembali memanggilnya,

  "Alatha?"

  "Iya? Ada apa lagi Kak?" Tanyanya sopan. Leon yang selalu suka dengan suara lembut Alatha lantas tersenyum samar.

    "Usahain lo bisa ya, buat gantiin posisinya Devi. Soalnya, menurut gue selama ini orang yang bisa dipercaya untuk bisa ngehandle jabatan ini cuma lo." Kata Leon dengan tatapan penuh harap. Berharap kalau Alatha benar-benar akan setuju dengan keputusannya memilih Alatha untuk menggantikan posisi Devi wakil ketua OSIS.

StruggleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang