Lo tuh seperti bulan, semakin gue kejar lo malah semakin menjauh
-Struggle"EH giliran eskul basket yang demo sekarang!" Anna terlihat begitu antusias melihat lima orang anggota eskul basket kini mulai unjuk gigi untuk memulai demo. Ada Gilang di sana, wajar saja Anna terlihat begitu bersemangat. Setelah perasaannya terhadap Gilang diketahui oleh teman-temannya, dia memang sering secara terang-terangan menunjukkan respon berlebihan tiap kali melihat Gilang.
"GILANG ADA YANG SUKA!" Anna melotot ketika mendengar Nela malah menyerukan hal semacam itu. Dia segera menutup mulut Nela dengan tangannya dan jadi malu sendiri begitu dilihatnya Gilang menoleh ke arah mereka. Ah, tidak ada hal yang lebih bodoh daripada ekspresinya saat ini. Anna benar-benar terlihat seperti orang idiot sekarang.
"Parah banget sih lo Nel! Jangan teriak gitu bisa gak sih." Rutuk Anna kesal karena Nela malah bersikap seperti yang demikian tadi.
Nela terkekeh melihat respon Anna yang berlebihan, kemudian berkata, "ya udah sih gak usah baper gitu bercanda kali lagian Gilang juga gak bakal denger ini tadi gue ngomong apa." Sungut Nela. Anna mencebik dan memberengut kesal karenanya.
"Eh itu cowok gue juga ikutan demo ternyata, keren banget sihhh Maxime-ku." Kedua mata Nela berseri-seri begitu melihat Maxime juga ikut unjuk gigi di ajang demo eskul kali ini.
Anna dan Nela sibuk mengagumi kedua orang yang disukainya sementara Alatha hanya bisa diam meratapi nasibnya yang jomblo. Apa seorang jomblo terkesan begitu menyedihkan? Ya, Alatha memang terlihat begitu menyedihkan sekarang. Tapi biarpun begitu dia tidak peduli, dia tetap ikut menonton demo eskul basket yang sedang melakukan beberapa freestyle sambil berharap setelah ini banyak yang akan tertarik untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan eskul tersebut dan tentu juga di eskul-eskul yang lainnya.
"Tha, gue sama Anna ke lapangan ya? Pengen ngeliat dari deket? Lo mau ikut gak?" Tukas Nela kemudian.
Alatha menggeleng, "enggak deh gue di sini aja, nanti takutnya Kak Leon nyariin gue, gue kan masih harus ngurusin kegiatan ini."
"Ya udah deh kalu gitu gue sama Anna ke sana dulu ya? Yuk, Ann!" Nela segera menggandeng tangan Anna dan mengajaknya bergabung di kerumunan siswa yang ada di sisi-sisi lapangan supaya bisa melihat anggota eskul yang demo secara lebih dekat.
Alatha kembali duduk sendirian. Niat awalnya yang ingin bersantai sejenak sudah terlupakan. Sepertinya dia harus kembali bekerja. Tidak enak terlalu lama berdiam sementara anggota OSIS yang lain sibuk dengan berbagai macam tugas nanti sangkanya Alatha tidak mau capek dan hanya mau santai-santai saja. Alatha baru akan beranjak, sebelum akhirnya urung begitu tiba-tiba saja seseorang duduk di sampingnya. Alatha menoleh, melihat Devan yang sudah berada di sampingnya. "Kamu ngapain duduk di sini?" Tanya Alatha akhirnya. Dia tidak tahu kata apa yang harus dia lontarkan lagi pada Devan selain kata-kata itu.
"Kenapa emangnya? Ini bangku umum." Tukas Devan datar.
Duh, Alatha benar-benar tidak suka dengan sikap asli cowok ini. Kalau sikap manis yang Devan tunjukkan pada Alatha selama ini hanyalah formalitas belaka, Alatha lebih suka kalau Devan melakukan itu. Setidaknya itu lebih baik daripada harus berhadapan dengan sikap asli Devan yang menyebalkan. Alatha menghela napasnya gusar lalu berkata, "kamu bener, ini bangku umum." Katanya. Devan tersenyum samar, dia selalu suka respon gadis ini untuk membalas setiap perkataannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Struggle
Novela Juvenil[TAMAT] Dia dingin, posesif, sulit ditebak seperti cuaca dan terkesan angkuh. Dunianya begitu abu-abu, sampai akhirnya dia menemukan seseorang yang membuat dunianya menjadi lebih hidup. Alatha. Seorang gadis yang ternyata mampu menaklukan hatinya ya...