Sebenarnya ada yang lebih pelik dari patah hati karena diputus sebelah pihak, yaitu jatuh cinta sendirian tanpa diketahui orang yang kita suka.
-Struggle
******ALATHA duduk sendirian di taman belakang sekolah sambil memakan roti isi selai strawberry yang tadi dia beli dari kantin. Hari ini dia hanya sedang ingin sendirian. Dia menolak ketika teman-temannya memaksa untuk menemaninya ketika dia memutuskan untuk datang ke sini tadi. Alatha tidak tahu apa yang dia pikirkan sekarang. Pikirannya kalang kabut. Berantakan. Bahkan dia sendiri bingung bagaimana cara mengontrol pikirannya sendiri
Alatha menghembuskan napasnya kemudian menatap roti di tangannya sebentar. Tiba-tiba dia jadi kehilangan selera makan, terlebih ketika dia kembali ingat kejadian dua hari kemarin. Saat dia memutuskan untuk kembali datang ke kantor polisi untuk bertemu Devan.Alatha benar-benar tidak menyangka kalau niat awalnya ingin berteman kembali dengan laki-laki itu malah jadi berantakan begini. Semua ini salahnya, kemarin dia belum sempat menjelaskan semuanya pada Devan. Dia belum sempat bilang kalau sebenarnya semua yang dia katakan dulu tentang dia yang tidak pernah tulus mencintai Devan sebenarnya bohong. Padahal mungkin, kalau Alatha bilang begitu Devan jadi tidak akan salah paham dan sampai semarah itu. Sayangnya kemarin Alatha tidak berani mengungkapkannya.
"Kenapa gak dimakan-makan rotinya, Tha?"
Alatha tersentak kaget begitu mendengar suara dari arah belakangnya. Sangking kaget-nya sampai-sampai roti yang tadi ada di tangannya sampai terjatuh ke tanah. Alatha menoleh ke belakang dan mendapati Leon yang kini sudah melangkah dan duduk di lapak kosong kursi di sebelahnya. "Kak— Leon?" Gumam Alatha hampir tanpa suara.
Leon mengambil roti milik Alatha yang terjatuh kemudian membuangnya ke tempat sampah di samping tempat mereka duduk. "Sori, gua bikin lo kaget ya? Jadi jatoh deh roti lo." Kata Leon. "Mau gua beliin yang baru lagi ke kantin?" Tanyanya lagi.
"Engg—enggak usah, Kak. Lagian salah saya juga begong tadi, jadi sampe lebay gitu kagetnya." Ucap Alatha menyeringai.
Leon tertawa samar mendengarnya, "lagi mikirin apa emangnya, Tha? Sampe bengong gitu. Duduk sendirian pula di taman, tumben gak ke kantin bareng temen-teman lo?" Ucap Leon dengan pertanyaan beruntut.
"Heehe iya, Kak, lagi pengen sendirian aja sih sebenernya, gak ada mikirin apa-apa." Bohong Alatha pada Leon.
Leon tertawa melihat raut wajah Alatha barusan. "Apa kali ini gua harus pura-pura percaya sama lo supaya lo gak ngerasa akting bohong lo barusan tadi gagal?" Tukas Leon lagi membuat Alatha lantas menatapnya dengan kedua alis tertaut.
"Saya— gak lagi bohong ko, Kak." Tukas Alatha kemudian.
Tawa Leon lantas mereda digantikan dengan ekspresi yang mulai serius. "Mikirin Devan ya?" Tebak Leon. Alatha lantas terdiam ketika Leon mengungkit nama Devan. Menyadari hal itu, Leon sudah bisa menduga kalau tebakkan-nya barusan memang benar adanya. "Gimana kemarin? Udah berhasil bikin Devan mau makan bekal buatan lo?" Tanya Leon membuat Alatha mengatubkan bibirnya rapat-rapat.
"Devan masih gak mau ketemu dan ngobrol lo ya?" Simpul Leon kemudian. "Emang dasar batu, susah banget dari dulu ngebujuk tuh anak." Ujar Leon kemudian terkekeh.
Leon memang sudah dengar dari Alatha bahwa kemarin saat pertama kali Alatha pergi menemuinya, Devan tidak mau bertemu dan berinteraksi dengan-nya. Karena baru percobaan pertama, Alatha rasa Leon mungkin masih memaklumi itu. Tapi untuk yang kedua kalinya ini, sepertinya agak berat untuk menceritakannya kepada Leon. Alatha melirik Leon. Kemudian dengan ragu dia berkata, "Kak— kalau.. saya gak berhasil buat bikin Devan mau deket lagi sama saya— gimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Struggle
Teen Fiction[TAMAT] Dia dingin, posesif, sulit ditebak seperti cuaca dan terkesan angkuh. Dunianya begitu abu-abu, sampai akhirnya dia menemukan seseorang yang membuat dunianya menjadi lebih hidup. Alatha. Seorang gadis yang ternyata mampu menaklukan hatinya ya...