30. Kejutan kecil (2)

1.2K 68 31
                                    

Tidak butuh hal mewah untuk merasa nyaman kalau yang sederhana saja sudah bisa melengkapinya.
-Struggle
******

ALATHA berjalan memutari rak-rak buku di perpustakaan besar ini. Pandangannya tidak fokus, sebab di belakangnya ada Devan yang entah sedang berbuat apa. Dia hanya berjalan mengikuti arah Alatha jalan sambil sesekali pura-pura mencari-cari buku di dalam rak ketika Alatha sengaja menolehkan kepala untuk menatapnya. Bukan apa-apa, Alatha hanya risih saja karena Devan malah terlihat seperti sedang mengikutinya. Alatha jadi bingung sebenarnya apa tujuan Devan pergi ke perpustakaan ini? Apa iya cowok seperti Devan niat untuk datang ke perpustakaan seperti ini?

Atau di kelasnya juga dikasih tugas yang sama dengan Alatha? Kalaupun iya juga rasanya tidak mungkin dia akan sudi datang sendirian ke sini. Pasti dia akan menyuruh orang lain untuk mengerjakan tugas itu atau malah dia tidak akan mengerjakan tugas itu sama sekali. Alatha tahu tabiat Devan di kelas dari Nela, Nela tau dari Maxime. Jadi wajar saja Alatha terheran-heran seperti ini melihat kelakuan cowok itu sekarang.

"Kamu itu sebenarnya nyari buku apa sih?" Tanya Alatha tak tertahankan lagi. Dia merasa bingung sekaligus risih karena Devan malah terlihat seperti sedang menguntitnya.

"Kenapa? Sensi banget. Emangnya gak boleh gua di sini?" Tanya Devan jutek. Walaupun sebenarnya dia sendiri juga tidak tahu kenapa dia bisa ada di sini.

Alatha mendecakkan lidah, "bukan begitu, saya risih aja dari tadi kamu ngikutin saya terus. Makanya saya nanya kamu tuh sebenernya niat nyari buku apa malah mau ngebuntutin saya sih?" Tukas Alatha.

Sudut bibir Devan berkedut kemudian dia terkekeh pelan, "jangan kepedean jadi cewek. Ngapain gua ngikutin lo, gak ada untungnya juga." Tukas Devan kemudian mencebik.

Alatha memutar kedua bola matanya lalu berkata, "terus? Kenapa masih di sini? Katanya gak mau ngikutin saya?" Tanya Alatha.

"Iya ini juga baru mau pergi." Ketus Devan lalu segera beranjak pergi dari sana entah ingin pergi ke mana. Alatha hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan aneh cowok itu.

Alatha berjalan sambil fokus kembali mencari buku Geografi incarannya karangan Eni Anjayani dan juga Dibyo Soegimo. Dia ingin meminjam buku itu karena menurutnya buku itu memiliki materi yang lebih lengkap daripada buku-buku yang lainnya. Alatha tidak mau rugi, masa iya dia sudah jauh-jauh ke sini tapi materi bukunya tidak lengkap? Kan sama juga bohong. Alatha kembali mencari buku-buku di rak geografi yang baru ditemuinya. Satu buku berhasil dia dapatkan. Untung saja bukunya berada di rak bagian tengah, jadi Alatha tidak susah mengambilnya karena tubuh Alatha memiliki tingkat ketinggian yang standar. Hanya sekitar 160 cm saja. Akan repot sekali kalau bukunya berada di rak paling atas. Dia pasti butuh usaha lebih mengambilnya.

"Ya ampun." Alatha melengos menatap sayu ke arah buku yang ada di rak paling atas.

Buku karangan Dibyo Soegimo ada di bagian paling atas rak, benar-benar menyebalkan sekali. Baru saja dia senang salah satu buku incaran nya berhasil dia dapatkan dengan mudah, sekarang malah sebaliknya. Alatha mendecakkan lidah beberapa kali. Melihat ke kanan ke kiri siapa tahu ada petugas penjaga perpustakaan yang dapat membantunya mengambil buku yang hendak dia pinjam itu. Tapi nihil, tidak ada satupun yang lewat.

Akhirnya karena Alatha tidak punya pilihan lain selain mengambilnya sendiri. Alatha berjinjit berusaha meraih buku itu dari atas raknya namun usahanya sia-sia saja bukunya terlalu tinggi untuknya. Tidak mau menyerah begitu saja, Alatha kembali mencobanya. Setengah mati dia berusaha menaikkan tangannya guna menggapai buku itu tapi tidak bisa. Sampai akhirnya sebuah tangan terulur dari arah belakangnya lalu meraih buku yang hendak Alatha ambil tadi membuat Alatha sontak menolehkan kepalanya ke belakang.

StruggleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang